x
x

Pamer Lukisan Abstrak di Galeri Merah Putih

Senin, 07 Jul 2025 19:34 WIB

Reporter : Rokimdakas

JATIMKINI.COM, ‎Di tengah gemuruh seni rupa yang kerap memanjakan mata dengan bentuk-bentuk yang mudah dikenali, seni lukis abstrak tampil dengan kesunyian yang menantang. Genre ini bukan pilihan populer, namun justru di sanalah letak keberaniannya. Dalam dunia yang serba instan dan visual yang seragam, para perupa abstrak seperti berenang melawan arus. Menolak tunduk pada bentuk, tetapi menyelam lebih dalam pada makna.

‎Seni lukis abstrak bukan sekadar tentang goresan tanpa objek melainkan tentang ekspresi yang merdeka dari batas-batas realitas visual. Dibutuhkan lebih dari sekadar keterampilan melukis untuk mengolahnya.

‎Ia menuntut penguasaan teknik yang tinggi, pemahaman bahan yang mendalam serta imajinasi liar yang sanggup menjebol kotak-kotak pakem konvensional. Abstraksi adalah wilayah di mana emosi, intuisi dan gagasan bertemu dalam kanvas yang menolak menjadi jelas.

‎Keunikan lukisan abstrak terletak pada kekuatannya dalam menyampaikan rasa, bukan rupa. Ia membebaskan penikmatnya dari interpretasi tunggal. Setiap mata bisa melihat makna berbeda, setiap hati bisa membaca narasi yang tak terucap. Namun di balik keunikannya, seni abstrak menyimpan tantangan besar, tidak semua orang siap berdialog dengannya. Dibutuhkan keberanian untuk tidak sekadar ‘melihat’ tetapi ‘merasakan’.

‎Inilah yang diusung oleh enam perupa dari berbagai daerah di Jawa Timur dalam pameran bertajuk “Tak Kasat Mata”. Bertempat di Galeri Merah Putih, Komplek Balai Pemuda Surabaya. Pameran berlangsung dari Sabtu, 5 Juli hingga Kamis, 10 Juli 2025.

Di balik kanvas yang terbentang, mereka menganyam inspirasi tanpa batas, menyuguhkan total 12 karya yang menggoda mata sekaligus menggugah jiwa.

‎Para perupa tersebut adalah Ekotomo dari Jombang, Guntur Sasono (Ponorogo), Prabowo dari Pacitan, Istiyono (Nganjuk), serta dua perupa dari Kediri, Miftahul Mufid dan Sutikno. Mereka semua bukan nama baru dalam dunia seni rupa. Perjalanan panjang dan eksplorasi berbagai gaya dari realisme, surealisme, hingga abstraksi menjadi bekal penting dalam menciptakan karya yang tak sekadar elok tetapi juga sarat makna.

‎Salah satu lukisan menceritakan tentang orang-orangan sawah simbol keheningan dan penjaga kesunyian ladang. Ada pula yang mengangkat tema "sangkan paraning dumadi", sebuah refleksi tentang asal usul manusia dan tujuan akhir kehidupan.

‎Beberapa karya lain menelusuri perjalanan spiritual manusia, dari fase kelahiran, pencarian, hingga pencerahan. Semua narasi itu dituturkan melalui garis, warna dan ruang tanpa bentuk yang pasti namun justru menguatkan.

‎Pameran “Tak Kasat Mata” bukan hanya pertunjukan visual. Ia adalah dialog batin, perjalanan personal, bahkan mungkin ruang meditasi bagi siapa pun yang bersedia membuka hati. Melalui goresan abstrak, para perupa mengajak kita masuk ke dalam dimensi rasa yang lebih dalam dari sekadar wujud kasat mata.

‎“Seni abstrak hadir bukan sekadar sebagai gaya melainkan gerakan pemikiran yang mendobrak batas-batas seni tradisional,” ujar Agus “Koecink” Sukamto, penulis dan pengamat seni rupa, dalam catatannya.

‎Pameran ini menjadi penanda penting, bahwa seni abstrak masih terus tumbuh dan menyapa, bahkan di tengah derasnya kebutuhan akan kejelasan dan bentuk. Ia mengajarkan kita satu hal, bahwa keindahan tidak selalu harus terlihat jelas. Kadang, yang paling indah justru yang tak kasat mata.

‎Datanglah dan biarkan mata Anda menelusuri garis-garis sunyi yang mengisyaratkan jeritan, harapan dan keheningan. Mungkin di dalam abstraksi yang tak bernama, kita bisa menemukan bayangan diri yang selama ini tersembunyi.

Editor : Ali Topan

LAINNYA