x
x

Tikus Dalam Garuda: Potret Indonesia Masa Kini

Senin, 03 Mar 2025 12:04 WIB

Reporter : Redaksi

Indonesia, negeri yang konon berlandaskan Pancasila  serta nilai-nilai religius justru menjadi panggung utama bagi drama korupsi kelas dewa. Aneh bin paradoks! Betapa tidak, survei internasional menempatkan Indonesia sebagai negara paling religius namun sekaligus negara dengan tingkat korupsi yang setingkat iblis tak mampu melakukan. Seolah-olah moral hanya pajangan sementara tangan-tangan koruptor terus menjarah kekayaan negeri.

Ada 15 lukisan karya Rokhyat yang dipamerkan di Badri Gallery, Banjarmasin. Salah satunya tampak  mencolok berjudul "Tikus Garuda". Sebuah metafora yang terlalu jujur  mungkin terlalu menusuk bagi mereka yang gemar berselancar di lautan uang rakyat. Tikus dengan tenang bersarang di tubuh Garuda sebagai simbol kebangsaan digerogoti.

Kasus demi kasus korupsi yang terbongkar kini bukan lagi sekadar puluhan atau ratusan miliar. Kita bicara tentang angka triliunan, bahkan kuadriliun! Gila!

Di mana aparat keamanan? Apa kerja intelijen? Mengapa gurita korupsi ini bisa menjalar begitu bebas? Ataukah sapu yang seharusnya membersihkan justru lebih kotor dari debu yang ingin disapu?

NEGERI TANPA MALU

Mari kita telisik satu per satu.  Dimulai dari kasus Pertamina, mega korupsi yang merugikan negara Rp 193,7 triliun per tahun  dan sudah berlangsung bertahun-tahun. Modusnya? Manipulasi impor minyak mentah dan BBM. Bahkan  perdebatan antara Kejaksaan Agung dan Pertamina soal "blending" BBM hanya menjadi hiburan  picisan untuk mengalihkan perhatian dari perampokan sesungguhnya. Sementara rakyat dipaksa migrasi ke BBM bersubsidi yang malah membebani APBN.

Ada kasus Antam. Dugaan korupsi tata kelola emas 109 ton senilai Rp 1 triliun. Pertanyaannya, siapa yang punya nyali untuk menangkap tikus-tikus berdasi ini?

Belum lagi kasus timah. Kerugian lingkungan di Bangka Belitung mencapai Rp 271 triliun. Alam dihancurkan, hutan dilucuti dan ekosistem dihabisi demi pundi-pundi segelintir elite. Negeri ini tidak hanya miskin secara finansial tetapi juga moralnya juga bangkrut.

HUKUM MACET

Kita sudah terlalu sering mendengar janji reformasi hukum, pembenahan sistem juga wacana pemberantasan korupsi. Namun hasilnya bagaimana? Wacana undang-undang perampasan aset semakin basi  sedangkan jaringan  koruptor tetap berpesta pora. Hukuman mati bagi koruptor? Hala... hanya bualan seleb berita.

Di negeri ini maling ayam bisa dihakimi massa tapi perampok negara bisa duduk tenang di kursi empuk sambil menyeruput kopi di hotel bintang lima. Ironis!

Esok akan ada lagi kasus korupsi yang lebih besar, lebih mengejutkan, lebih mengiris hati. Selama tikus-tikus ini masih bersarang dalam tubuh Garuda, selama sapu yang kotor masih digunakan untuk membersihkan, selama hukum hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas, maka harapan Indonesia menjadi lebih baik  hanya fatamorgana.

Penulis : Rokimdakas
Wartawan & Penulis

Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.

Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut

Editor : Redaksi

Kopilot
LAINNYA