x
x

Berthing Priority: Strategi Terminal Teluk Lamong Putus Antrean Kapal yang Mengular

Minggu, 06 Jul 2025 17:49 WIB

Reporter : Rochman Arief

JATIMKINI.COM, Di pelabuhan, waktu adalah uang. Bagi pemilik kapal dan pengusaha logistik, menit yang terbuang berarti biaya yang membengkak. PT Terminal Teluk Lamong (TTL) tampaknya paham betul soal ini. Mereka tak lagi bergantung pada sistem lama yang memaksa kapal menunggu berjam-jam, bahkan berhari-hari, demi urutan sandar. Solusinya: berthing priority.

Konsep berthing priority ini bukan sekadar perubahan teknis. TTL sedang menantang kebiasaan lama di pelabuhan: sistem first in first out (FIFO) yang selama ini dianggap adil, tapi sering tidak efisien.

Lewat sistem baru, urutan sandar kapal tidak lagi ditentukan siapa yang datang lebih dulu, melainkan siapa yang sudah lebih dulu melakukan booking slot, jauh sebelum kapal tiba di pelabuhan.

“Ini bagian dari komitmen kami membangun ekosistem logistik yang lebih transparan,” ungkap Direktur Utama Terminal Teluk Lamong, David Pandapotan Sirait saat membuka sosialisasi berthing priority di Hotel Morazen, Surabaya, Kamis (4/7/2025).

David sadar bahwa mengubah sistem di pelabuhan bukan perkara mudah, tapi TTL memilih untuk menabrak pakem.

Berthing priority memberi kepastian waktu tambat. Tidak ada lagi kapal yang menunggu tanpa ujung. Tidak ada lagi hitung-hitungan denda demurrage yang membebani pemilik barang dan pelayaran.

Dengan sistem ini, kapal yang sudah terjadwal lebih dulu pasti mendapat prioritas. Dengan demikian, proses bongkar muat bisa berlangsung lebih efisien, lebih cepat, bahkan berpotensi mendapatkan dispatch, bonus efisiensi waktu.

Tidak hanya itu. Sistem ini mendorong para pemilik kargo untuk lebih disiplin merencanakan kedatangan kapalnya. TTL tidak lagi melayani siapa cepat dia dapat. Di sini layanan siapa yang terencana, dia yang dilayani lebih dulu.

Implementasi berthing priority tidak berdiri sendiri. TTL menggandeng Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Utama Tanjung Perak, Indonesia Shipping Agencies Association (ISAA), shipping agent, cargo owner, hingga pelaku logistik curah kering.

Stakeholder dikumpulkan dalam satu forum terbuka, untuk mendengarkan, mendiskusikan, dan mengkritisi sistem yang tengah dibangun ini.

Agustinus Maun, Kepala KSOP Utama Tanjung Perak, memberikan dukungan penuh. Ia menilai sistem seperti ini harus menjadi standar di semua pelabuhan.

“Pelabuhan di wilayah Tanjung Perak sudah mulai berani berinovasi. Kita sudah punya TBS (terminal booking system), berthing priority, dan semua pelabuhan kami dorong memiliki business continuity plan. Semua ini agar pelabuhan tidak boleh berhenti,” ujar Agustinus.

Menurutnya, sosialisasi berthing priority ini bukan acara seremonial. Ini adalah panggung evaluasi, tempat para pelaku logistik mengutarakan unek-uneknya. TTL pun membuka pintu selebar-lebarnya bagi pemilik kargo yang selama ini sering mengeluhkan antrean kapal yang tidak menentu.

Dengan sistem baru ini, anak usaha PT Pelindo Terminal Petikemas ini berharap efisiensi pelabuhan tidak lagi berhenti di atas kertas. Berthing priority memungkinkan jadwal perawatan alat bongkar muat seperti crane menjadi lebih terencana, utilisasi dermaga menjadi lebih optimal, dan yang terpenting: pelayanan menjadi lebih cepat dan terukur.

Terminal Teluk Lamong kini menempatkan dirinya sebagai pelabuhan masa depan. Entitas bisnis milik Pelindo Group ini tidak hanya menawarkan ruang tambat kapal, tapi juga menawarkan cara berpikir baru: pelabuhan yang berbasis pada efisiensi dan kepastian layanan.

Editor : Rochman Arief

LAINNYA