Reporter : Redaksi
Rezeki dan umur panjang bagaikan dua sungai yang mengalir dalam samudera kehidupan. Keduanya sering kali menjadi harapan dalam doa, seolah-olah kita meminta kepada Sang Maha Pengatur untuk mengalirkan lebih banyak air ke dalam sungai-sungai itu.
Namun, dalam pandangan para sufi, rezeki dan umur bukan sekadar tentang kuantitas, melainkan tentang kualitas aliran yang menyatu dengan kehendak Ilahi.
Bagi para sufi, doa, takdir, dan ikhtiar adalah tiga pilar yang membentuk jembatan antara manusia dan Tuhan, sebuah jembatan yang dilapisi cahaya keikhlasan dan kepasrahan.
Nyanyian Hati
Doa bukanlah sekadar permintaan, melainkan nyanyian hati yang menyatu dengan kehendak Tuhan. Doa adalah napas spiritual yang mengalir dari dalam jiwa, mengajak kita untuk merasakan kehadiran-Nya dalam setiap detak jantung.
Seorang sufi besar, Jalaluddin Rumi, pernah berkata, "Doa adalah kunci yang membuka pintu langit, tetapi engkau harus ingat, langit itu ada di dalam dirimu."
Bagi Rumi, doa adalah perjalanan batin yang membawa kita lebih dekat kepada Sang Maha Cinta, bukan untuk mengubah takdir, melainkan untuk memahami bahwa takdir itu sendiri adalah cermin dari kehendak-Nya.
Doa, dalam pandangan sufi, adalah bentuk penyerahan diri yang paling murni. Ia bagaikan burung yang terbang menuju sangkar emas, bukan untuk terkurung, tetapi untuk menemukan kebebasan sejati dalam kepasrahan.
Ketika kita berdoa memohon rezeki atau umur panjang, kita sebenarnya sedang melatih hati untuk menerima apa pun yang diberikan oleh-Nya, karena segala sesuatu yang datang dari-Nya adalah bentuk kasih sayang, meskipun terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita.
Tarian Ilahi Tak Terduga
Takdir, dalam pandangan sufi, adalah tarian Ilahi yang tak terduga. Ia bagaikan angin yang berhembus ke arah yang hanya diketahui oleh Sang Pencipta.
Seorang sufi terkenal, Ibnu Arabi, menggambarkan takdir sebagai "lautan tanpa tepi, di mana setiap gelombang adalah bagian dari rencana Tuhan yang Maha Besar."
Bagi Ibnu Arabi, takdir bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari, melainkan sesuatu yang harus diterima dengan penuh keikhlasan, karena setiap takdir adalah bentuk kasih sayang Tuhan yang tersembunyi.
Dalam konteks rezeki dan umur panjang, para sufi mengajarkan bahwa takdir adalah cermin dari kehendak Tuhan yang Maha Tahu.
Rezeki yang sedikit bukan berarti Tuhan tidak adil, dan umur yang pendek bukan berarti Tuhan tidak sayang. Sebaliknya, segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang lebih besar, rencana yang sering kali tidak bisa kita pahami dengan akal manusia.
Seperti kata Rumi, "Tuhan menulis dengan tinta yang tak terlihat, dan kita hanya bisa membaca sebagian kecil dari tulisan-Nya."
Ikhtiar Adalah Langkah Kecil
Ikhtiar, dalam pandangan sufi, adalah langkah kecil dalam perjalanan besar menuju Tuhan. Ia bagaikan setetes air yang jatuh ke dalam samudera, seolah-olah tidak berarti, tetapi sebenarnya adalah bagian dari keseluruhan.
Para sufi mengajarkan bahwa ikhtiar adalah bentuk syukur kita atas karunia yang telah diberikan oleh Tuhan. Ketika kita berusaha mencari rezeki atau menjaga kesehatan, kita sebenarnya sedang menjalankan peran kita sebagai hamba yang bertanggung jawab.
Namun, ikhtiar dalam pandangan sufi bukanlah tentang hasil, melainkan tentang proses.
Seperti kata Ibnu Arabi, "Usaha adalah bentuk cinta kita kepada Tuhan, tetapi hasil adalah bentuk cinta Tuhan kepada kita." Artinya, kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi kita juga harus siap menerima apa pun hasilnya, karena hasil itu adalah bentuk kasih sayang Tuhan yang paling tepat untuk kita.
Menari di Atas Tali Kehidupan
Bagi para sufi, hidup adalah tarian di atas tali yang menghubungkan dunia dan akhirat. Doa, takdir, dan ikhtiar adalah tiga tali yang menjaga keseimbangan kita dalam tarian itu.
Doa adalah tali yang mengingatkan kita untuk selalu dekat dengan Tuhan, takdir adalah tali yang mengajarkan kita untuk menerima apa pun yang terjadi, dan ikhtiar adalah tali yang memastikan kita tetap bergerak maju.
Dalam tarian kehidupan ini, rezeki dan umur panjang bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu mengenal Tuhan.
Seperti kata Rumi, "Jangan mencari rezeki atau umur panjang, carilah Dia yang memberikan rezeki dan umur itu." Dengan kata lain, rezeki dan umur hanyalah alat untuk mendekatkan diri kepada-Nya, bukan tujuan itu sendiri.
Makna Dalam Keheningan
Rezeki dan umur panjang, dalam pandangan para sufi, adalah dua aspek kehidupan yang harus dipahami dengan hati yang tenang dan jiwa yang tunduk.
Doa adalah nyanyian hati yang menyatu dengan kehendak Tuhan, takdir adalah tarian Ilahi yang tak terduga, dan ikhtiar adalah langkah kecil dalam perjalanan besar menuju-Nya.
Dengan memahami keseimbangan antara doa, takdir, dan ikhtiar, kita akan menemukan makna sejati dari kehidupan, yaitu mengenal dan mencintai Tuhan dengan sepenuh hati.
Seperti kata Ibnu Arabi, "Hidup adalah perjalanan dari kegelapan menuju cahaya, dan setiap langkah adalah bagian dari rencana Tuhan yang Maha Indah."
Mari kita menari di atas tali kehidupan dengan penuh keikhlasan, karena setiap langkah adalah bentuk cinta kita kepada-Nya, dan setiap hembusan napas adalah karunia-Nya yang tak ternilai.
Penulis : Bambang Eko Mei
Pemerhati Sosial
Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.
Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut
Editor : Redaksi