Reporter : Peni Widarti
JATIMKINI.COM, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat sektor pendidikan menjadi pemicu utama terjadinya inflasi di Jatim pada Juli 2024 sebesar 0,04% secara bulan ke bulan (month to month/mtm) atau terhadap Juni 2024 setelah 2 bulan sebelumnya sempat mengalami deflasi.
Kepala BPS Jatim, Zulkipli mejelaskan pada Juli 2024 memang bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah atau tahun ajaran baru setelah periode liburan selesai. Pergantian tahun ajaran baru ini menjadi sebuah momen bagi penyelenggara jasa pendidikan untuk melakukan penyesuaian tarif atau biaya pendidikan yang harsus dibayarkan oleh wali murid.
“Juli memang kondisi kita biasanya akan ada biaya pendidikan yang naik, bahkan nanti Agustus dan September masih akan ada sedikit kenaikan biaya pendidikan yang akan memicu inflasi. Namun ini tidak bisa dihindari karena beberapa sekolah terutama swasta akan menyesuaikan tarif-tarif pendidikannya,” jelasnya dalam paparan BRS, Kamis (1/8/2024).
Dia menjelaskan, pada Juli lalu, kelompok pendidikan telah mengalami inflasi sebesar 1,12% dan memberikan andil sebesar 0,08% terhadap inflasi secara umum.
“Berdasarkan data historis, kelompok pendidikan masih berpotensi untuk kembali memberikan Andil terhadap inflasi Jatim pada Agustus nanti. Untuk Juli saja, pendidikan yang memberikan andil tinggi diatas 0,01% yakni SD dan SMP, sedangkan pendidikan yang tidak sampai 0,01% yakni SMA, TK, bimbel dan kelompok bermain,” paparnya.
Zulkipli menerangkan, secara tahun kalender atau Juli 2024 terhadap Desember 2023, Jatim telah mengalami inflasi sebesar 0,84%. Sedangkan secara tahun ke tahun atau Juli 2024 terhadap Juli 2023, Jatim mengalami inflasi sebesar 2,13%.
“Dari 11 daerah yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 6 kota/kabupaten mengalami inflasi, dan 5 kota/kabupaten lainnya mengalami defalsi,” imbuhnya.
Meski inflasi Jatim pada Juli 2024 dipicu oleh sektor pendidikan, tetapi laju inflasi Jatim masih ditahan oleh sektor makanan dan minuman serta tembakau yang justru mengalami deflasi dengan memberikan andil -0,08%.
Menurutnya, beberapa wilayah sentra komoditas hortikultura sedang berada pada masa panen sehingga stok di pasar saat ini cukup melimpah, di antaranya bawang merah, tomat dan cabai merah.
“Sebaliknya, masa panen dari komoditas cabai rawit tampak telah usai sehingga berdampak pada pergerakan harganya yang mulai merangkak naik,” imbuh Zulkipli.
Adapun 5 komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi di Jatim yakni cabai rawit, beras, biaya sekolah dasar, sigaret kretek mesin (SKM), dan biaya SMA. Sedangkan 5 komdoitas dengan andil deflasi tertinggi yakni bawang merah, tomat, cabai merah, angkutan udara dan bawang putih.
Editor : Peni Widarti