Reporter : Peni Widarti
JATIMKINI.COM, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur bersama dengan kalangan praktisi dan akademisi memberikan sejumlah rekomendasi strategi yang perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi maupun inflasi di tengah tantangan konflik geopolitik.
Dalam gelaran Jatim Talk sebagai rangkaian Road to East Java Economic Forum (EJAVEC) 2024 yang berlangsung di Surabaya pada Selasa (26/3/2024), Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia - Jatim, Erwin Gunawan Hutapea menyebut bahwa tahun ini banyak tantangan yang harus dihadapi Indonesia, termasuk Jatim untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan 44,7% - 5,5% pada 2024.
“Tantangan yang pertama ada konflik geoplitik. Perang Ukraian - Rusia yang kita pikir cepat selesai, ternyata bertahan lama, lalu di Timur Tengah ada perang Israel - Palestina sehingga goblal supply terganggu, harga energi naik. Ini yang bikin finlasi global jauh diatas dugaan,” ujarnya.
Di tambah lagi, katanya, sektor pertanian di dunia menghadapi El-Nino sehingga harga-harga barang pangan meroket, lalu Vietnam dan India menahan ekspornya demi ketahanan pangan mereka. Kondisi ini pun menambah beban inflasi global.
“Sebagai respons, tentunya bank-bank sentral di negara utama seperti The Fed menaikkan suku bunga. Itu menyebabkan ekonomi dunia di 2023 tumbuh melambat 3,06%,” imbuhnya.
Meski begitu, kata Erwin, Indonesia perlu bersyukur karena di tengah tantangan tersebut ekonominya masih bisa tumbuh di atas 5% pada 2023, lantaran tidak banyak negara yang bisa tumbuh hingga 5%. Sedangkan inflasi Jatim juga berhasil mencapai 2,92% atau berada di range target 2023 yakni 3%+ - 1%
Menurutnya, konsumsi domestik yang solid telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Jatim, ditambah lagi berlanjutnya investasi dan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN), serta ada sinergi kebijakan antara pemerintah, BI dan seluruh stakeholder.
“Motor penggerak Jatim adalah konsumsi yang solid, obyek PSN, dan peningkatan konsumsi LNPRT sejalan dengan persiapan pemilu yang mulai dirasakan putarannya di akhir 2023,” ujarnya.
Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim M. Noor Nugroho menambahkan, faktor belanja pemerintah yang sejalan dengan persiapan pemilu dan pilkada serantak 2024 diyakini akan turut mendorong perbaikan kinerja ekonomi Jatim.
Hal tersebut sudah terlihat di kuartal I/2024 dari beberapa indikasi seperti penjualan eceran dan penjualan motor cenderung sedikit meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya, dan konsumsi kredit rumah tangga meningkat yang semuanya berdampak padai sektor usaha.
“Dengan konsumsi naik, kondisi usaha otomatis membaik dan juga raw manufacturing meningkat,” ucapnya.
Meski begitu, menurut Noor, inflasi masih perlu diwaspadai dan tidak tidak boleh lengah. Sebab, ada tren kenaikan harga pangan seperti daging ayam, telur ayam ras, dan daging sapi. Serta ada kenaikan harga dengan level tinggi yakni beras yang selama 5 tahun tidak pernah menjadi penyumbang inflasi saat Ramadan, tetapi kini menjadi pendorong inflasi.
Koordinator Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Airlangga dan Staf Ahli Gubernur Jatim Rumayya Batubara memberikan sejumlah rekomendasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini.
“Yang pertama adalah program/kebijakan hilirsasi yang berperan dalam upaya mendukung perkembangan industri pengolahan Jatim dan mendorong diversifikasi ekspor produk manufaktur,” katanya.
Sedangkan rekomendasi untuk menjaga inflasi, dari sisi penawaran yakni pemerintah dapat menerapkan kebijakan untuk meingkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biayaa produksi. Ini bisa melibuti investasi dalam infrastruktur, deregulasi untuk meningkatkan persaingan dan regormasi pasar tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas.
“Berikutnya perlu memperbaiki sistem pengawasan distribusi dan transaksi pangan antar daerah guna mengurangi biaya transportasi dan logistik yang juga dapat berkontribusi pada inflasi,” paparnya.
Tak kalah penting, lanjutnya, perlu ada kerja sama regional yakni bekerja sama dengan provinsi lain di Indonesia untuk menciptakan pasar yang lebih terintegrasi yang dapat membantu menstabilkan harga dan mengurangi volatilitas.
Ketua Departemen Ilmu EKonomi FEB Universitas Indonesia, Vid Adrison menambahkan, masyarakat tidak perlu begitu khawatir terhadap ekonomi Indonesia, sebab rasio ketergantungan dengan mitra luar negeri tidak besar. Bila ada shock eksternal efektnya tidak sebesar seperti negara-negara terbuka.
“Terkait Jatim kan akan ada Pilkada, biasanya ada siklus ekonomi yang akan mengikuti siklus politik. Biasanya ekonomi akan membaik, tetapi memang inflasi cenderung tinggi,” imbuhnya.
Menurut Vid, ada 4 hal yang bisa memperbaiki kondisi ekonomi. Pertama, peningkatan kualitas institusi dan demokrasi karena dinilai penting untuk meningkatkan kepercayaan publik dan sebagai faktor penting untuk mengerakan ekonomi.
Kedua, pertumbuhan yang lebih inklusif, sebab 5 tahun terakhir ini middle income tidak tumbuh. Ketiga, kebjiakan fiskal yang lebih disiplin dan ke arah yang lebih produktif, dan nyata. Contohnya, perbaikan penyerapan anggaran belanja pemerintah di kuartal I dan II sangat rendah, lalu di di kuartal III dan IV blong sehingga pertumbuhan ekonomi tidak optimal. Keempat, perbaikan konektivitas.
Editor : Peni Widarti