JATIMKINI.COM, Berkat jejak Rudy T Mintarto menerbitkan majalah Orchid tahun 2005 selama dua tahun, arsitek besutan Udayana, Bali ini kerap diundang mengikuti pameran anggrek level internasional. Nawaitu Rudy adalah untuk menunjukkan kekayaan flora Indonesia. Tigabelas tahun sudah Arek Surabaya ini tak pernah absen tampil sebagai Duta Bangsa. Apa perhatian pemerintah atas kiprah Rudy mengibarkan merah putih diantara bendera bangsa-bangsa lain? Hmmm ..
Kok hmmm ..? Mulut serasa ‘mengo mingkem’ menjawabnya. Dapat dukungan apa? Hahahaha ...? Kok ketawa?
Terus terang belum pernah mendapat dukungan dana atau perhatian apapun dari pemerintah. Meski begitu Rudy tetap merawat kepercayaan yang diberikan oleh event organizer di banyak negara untuk mewakili Indonesia.
Pada tahun 2023 saja, pecinta anggrek Indonesia mendapat tiga undangan. Antara lain pada bulan Agustus silam diundang pada APOC 13 di Singapura. Expo anggrek se Asia Tenggara tersebut merupakan babak baru pasca pagebluk Covid disambut Rudy agar Indonesia bisa tampil.
Diantara sekian banyak peserta yang memajang kekayaan flora negaranya rerata pengusaha anggrek, hanya Rudy yang bukan. Pada even di negara tetangga tersebut Indonesia terpilih sebagai juara tiga. Bolak balik Rudy nyabet juara di even dunia.
Undangan kedua, pada Oktober diundang tampil pada Jiangxi International Orchid Show & Academic Exhang di China. Setelah memproses properti di Jakarta untuk segera berangkat ke negeri tirai bambu. Lagi-lagi berjibaku untuk mewakili Indonesia. Tanpa ada sponsor dari pemerintah. Undangan ketiga pada Nopember pada even Okinawa International Orchid Show, Jepang namun tidak diiikuti.
“Bagi saya,” tutur Rudy, adanya undangan untuk mengikuti pameran anggrek internasional sebagai representasi Indonesia sungguh membanggakan karena mereka menghargai kita dan sangat berharap Indonesia hadir sehingga citra acara sebagai even dunia semakin kuat.
Masalah apa yang sering dihadapi? “Fasilitas,” sahut Rudy, “jika panitianya memfasilitasi tiket serta akomodasi bisa berarti aman. Tapi kan tidak semuanya begitu. Ada batasan waktu menginap di hotel hanya lima hari sementara pamerannya berlangsung sembilan hari. Beaya sisa waktu itulah yang nggak mampu saya penuhi sehingga harus pulang sebelum penutupan. Semua properti dan semua bunga yang dipamerkan diserahan panitia. Daripada dibawa pulang kembali malah menambah persoalan di bea cukai, juga ongkosnya tidak sedikit.”
Sejak berpatisipasi pada pameran internasional, hanya China dan Malaysia yang menanggung semua fasilitas dan akomodasi peserta. Lainnya peserta seperti Rudy harus akrobat supaya bisa mengibarkan merah putih.
Sebuah kenangan yang tak terhapus sepanjang umur, sebelum pandemi covid Rudy mengikuti pameran di Singapura. Oleh KBRI ditawari tempat menginap. Wah .. pucuk dicinta ulam tiba, pikir Rudy.
Sudah kadung boyongan ke markas kedutaan ternyata tempat menginap yang ditawarkan adalah ruang penjara. “Wadadadaaa ... Ya wis lah. Sayur bung iwak pedho, barang wis kadhung ape diapakno,” kelakar Rudy.
Gitu terulang lagi, pada even Agustus 2023 baru lalu, ada rombongan penonton dari Bandung mencari seseorang dari KBRI, katanya jadi peserta pameran, menghampiri standnya Rudy. "Saya yang mewakili Indonesia," tutur Rudy pada rombongan yang diundang oleh orang KBRI untuk piknik ke Singapura.
Ternyata kepesertaan Rudy "diklaim" oleh orang KBRI. Mereka selfa-selfi depan stand Indonesia seakan yang punya gawe lalu ‘mbadhog’ rame-rame di sebuah restoran. Rudy melongo, nggak ditawari apalagi dicangking ... Melihat itu Rudy hanya mengelus dada, “mau misuh gak pantes, gak dipisuhi kok kebacut !! …. Hahahahaha …
Udah nggak mbantu, ngerusuhi !!
Jangan-jangan even tersebut dibuat proposal seakan programnya KBRI di Singapura lalu cair lalu nraktir konco-koncoe lalu saya bertakon-takon.
Apa bener?
Ditulis oleh : Rokimdakas
Editor : Redaksi