JATIMKINI.COM, Tiap perupa sering dihinggapi kegelisahan dalam mencari idiometik yang spesifik. Tanpa simbol yang khas karya perupa tidak akan mengesankan. Impresif merupakan faktor utama sebagai penanda kekuatan suatu lukisan.
Salah seorang perupa yang merasa gembira telah menemukan idiometik yang sesuai dengan obsesinya adalah Wening Hesti Nawa Ruci. Penemuan simbol karyanya bersumber dari kartu tarot yang ditafsir atas suatu masalah.
TAFSIR TAROT
Wening yang kesehariannya mengajar senirupa di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memiliki ketrampilan membaca tarot. Tidak sedikit klien yang meminta bantuannya untuk membacakan guratan hidupnya. Dari beragam problem yang ditangani Wening memperoleh bahan tafsir untuk divisualkan. Pamerannya bertajuk "Dunia Dalam Kartu".
"Klien saya terdiri dari kaum millenial dan Gen Z. Tema yang diajukan seputar asmara, ada juga masalah perselingkuhan," tutur Wening saat ditemui di Galeri Filadelvia, Ruko Taman Puspa Raya D-09 Citraland Surabaya.
Wening tengah menyiapkan pameran tunggal perdana. Karyanya bersumber dari penafsiran tarot. Pembukaannya berlangsung pada hari Sabtu, 26 April 2025, malam.
Karya Wening diolah secara digital, masing-masing tema dicetak sebanyak lima kali. Pola ini memberi kesempatan bagi yang berminat mengoleksi.
Pameran bertajuk "Dunia Dalam Kartu" berlangsung hingga 10 Mei 2025 untuk umum, dibuka pukul 10.00.
SEJARAH TAROT
Kartu tarot pertama kali muncul di Eropa sekitar abad ke-15, khususnya di Italia dan Prancis. Awalnya tarot bukan untuk meramal melainkan permainan kartu bangsawan yang disebut trionfi atau tarocchi. Baru pada abad ke-18, tarot mulai dikaitkan dengan okultisme atau mempercayai kekuatan gaib dan supernatural. Perkembangan budaya visual di Eropa abad pertengahan memungkinkan pencetakan gambar simbolik.
Pada perkembangannya kartu tarot digunakan oleh banyak orang sebagai alat bantu untuk memahami diri sendiri, karakter, potensi, dan dinamika kehidupan. Tidak selalu bersifat "meramal nasib" secara fatalistik tapi lebih ke refleksi simbolis dari situasi yang sedang dialami seseorang.
Dulu keberadaan dukun atau paranormal dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperoleh solusi alternatif atas masalah yang dihadapi. Namun pergeseran budaya mengantarkan Gen Z tidak lagi membutuhkan dukun tapi pembaca tarot. Fenomena tersebut yang membuat tarot populer.
Editor : Ali Topan