x
x

Rahasia Ilahi Dibalik Keberagamanan

Senin, 09 Jun 2025 13:27 WIB

Reporter : Redaksi

Dalam hamparan kehidupan di bumi, kita menjumpai satu kenyataan yang tidak dapat disangkal: dunia ini penuh dengan perbedaan. Beragam budaya, bahasa, warna kulit, pandangan hidup, hingga cara berpikir semuanya hadir dalam satu panggung yang disebut kehidupan. Tapi mengapa? Apa maksud dari perbedaan itu? Apakah ini sekadar akibat dari proses sejarah, lingkungan, atau justru merupakan bagian dari desain besar Tuhan?

Pertanyaan ini telah menjadi bahan kontemplasi para filsuf, ilmuwan, pemuka agama, dan masyarakat awam sepanjang zaman.  Namun satu hal yang tak bisa dipungkiri: perbedaan adalah fakta kodrati yang tidak bisa dihapus dari kehidupan manusia. Ia hadir bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk dimengerti dan dirayakan.

Dalam perspektif spiritual, perbedaan bukanlah sebuah kebetulan, melainkan rahasia agung dari kekuasaan Tuhan. Ketika Tuhan menciptakan alam semesta, Dia tidak menciptakan satu warna, satu bentuk, satu suara.

Lihatlah bunga-bunga di taman tidak ada dua yang persis sama. Perhatikan langit senja warna-warni berubah setiap detik. Keberagaman adalah bukti nyata kreativitas dan kemahakuasaan-Nya. Begitu pula manusia. Tidak ada satu sidik jari pun yang serupa, bahkan di antara anak kembar identik. Pikiran manusia pun demikian: meski memiliki struktur otak yang sama, namun jalan pikirannya bisa berlawanan arah.

Ini bukan cacat dalam ciptaan, melainkan fitur yang disengaja. Tuhan menciptakan manusia dengan akal agar mampu berpikir, membedakan, dan memilih. Dan dari pilihan-pilihan itulah lahir perbedaan pendapat, keyakinan, dan cara hidup. Sebagaimana dikatakan oleh tokoh spiritual India, Sri Aurobindo, “Keberagaman adalah perwujudan dari kesatuan yang lebih tinggi. Kita tidak dipanggil untuk keseragaman, tetapi untuk harmoni dalam perbedaan.”

Dalam banyak ajaran agama, perbedaan dipandang sebagai ujian bagi umat manusia. Dalam Al-Qur’an misalnya, disebutkan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal, bukan saling membenci.

Artinya, perbedaan adalah panggilan untuk belajar empati, toleransi, dan keadaban. Jika semua manusia berpikir dan bertindak sama, dari mana kita belajar memahami sudut pandang orang lain? Dari mana kita belajar menerima bahwa hidup tidak selalu harus sesuai dengan logika atau kehendak kita sendiri? Justru dari benturan perbedaanlah, manusia belajar dewasa.

Mahatma Gandhi, tokoh perjuangan India yang terkenal dengan prinsip non-kekerasan, pernah berkata, “Our ability to reach unity in diversity will be the beauty and the test of our civilization.”

Kemampuan kita untuk mencapai kesatuan dalam keberagaman akan menjadi keindahan dan ujian dari peradaban kita. Dengan kata lain, perbedaan bukan ancaman, tetapi peluang.

Peluang untuk tumbuh, untuk mendengarkan lebih banyak, dan untuk melihat kehidupan dari lensa yang lebih luas. Dari sisi kemajuan peradaban, perbedaan cara berpikir justru menjadi motor penggerak inovasi. Sejarah membuktikan bahwa banyak penemuan besar lahir dari mereka yang berpikir “di luar kotak”, yang berbeda dari arus utama. Galileo Galilei, Albert Einstein, dan Steve Jobs—semuanya adalah contoh orang-orang yang berani berpikir berbeda.

Steve Jobs sendiri pernah berkata, “Here’s to the crazy ones, the misfits, the rebels, the troublemakers the ones who see things differently they’re not fond of rules  because the people who are crazy enough to think they can change the world, are the ones who do.”

Pernyataan ini menegaskan bahwa dalam perbedaan cara pandanglah letak kekuatan untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Bayangkan jika semua manusia hanya mengikuti satu alur pikiran. Dunia akan mandek, inovasi akan mati, dan dinamika kehidupan akan tumpul. Keberagaman pemikiran memungkinkan manusia saling menantang satu sama lain untuk berkembang.

Namun, Tuhan memang menciptakan perbedaan, tetapi harmoni adalah tanggung jawab manusia. Perbedaan bukan untuk dipertajam menjadi konflik, tetapi dirajut menjadi kekuatan bersama.

Tugas kita bukan menyeragamkan isi kepala manusia lain, melainkan mencari titik temu di tengah perbedaan. Dalam konteks global saat ini, di mana polarisasi semakin tajambaik dalam politik, agama, hingga media sosial kita semakin diuji untuk memahami makna sejati dari perbedaan.

Di sinilah kita bisa belajar dari pendekatan Nelson Mandela, yang pernah berkata, “If you want to make peace with your enemy, you have to work with your enemy. Then he becomes your partner.” Artinya, kedamaian tidak tercipta dengan menghapus perbedaan, melainkan dengan mengelolanya.

Kehidupan di dunia ini diwarnai perbedaan bukan tanpa maksud. Ia adalah bagian dari rencana Tuhan yang jauh lebih besar dari logika manusia. Perbedaan bukan musuh, tetapi cermin untuk melihat sejauh mana kita memahami makna cinta, pengertian, dan persaudaraan sejati.

Seperti mozaik yang terdiri dari kepingan-kepingan tak seragam, kehidupan menjadi indah justru karena tiap bagian memiliki bentuk dan warna sendiri. Dan Tuhan, Sang Seniman Agung, telah merancang semua ini untuk satu tujuan: agar manusia belajar menjadi makhluk yang bijak, yang tidak hanya hidup, tapi juga memahami hidup.

Ditulis oleh : Bambang Eko Mei

Pemerhati Sosial

Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas

Redaksi  Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut

Editor : Redaksi

LAINNYA