x
x

Tidak Ada Yang Baru di Bawah Langit

Kamis, 13 Mar 2025 14:06 WIB

Reporter : Redaksi

Dalam kehidupan ini tidak ada yang baru di bawah langit, begitupun agama. Tidak ada yang patut mengaku sebagai agama paling "Ter...". Apakah terpercaya, terbaik, atau paling asli. Sebab antara agama yang satu dengan yang lain saling menduplikasi materi ajaran.  Terutama agama yang hadir belakangan mengutip materi dari agama sebelumnya kemudian dimodifikasi.

Misal penyebutan beragam subyek yang mewarnai agama juga penulisan kitab suci. Awalnya ada yang menyebut Dewa, Dewa Api, Dewa Bumi, Dewa Laut, peri, dharma, nirwana dsbnya. Kemudian dibahasakan oleh pengutip selanjutnya dengan sebutan Tuhan, ibadah, malaikat, surga, neraka.

Tuhan yang di masa purba disampaikan secara sederhana kemudian oleh manusia di masa selanjutnya diberi keterangan macam-macam beserta penyematan segala sifat dan kemahaan. Lalu disusun beragam bentuk ritual beserta syaratnya yang seakan perintah Tuhan. Sungguh kreatif manusia dalam melakukan glorifikasi pada yang disebut Tuhan.

TIGA MISTERI

Masyarakat purba menghadapi tiga materi besar: Siapa yang menciptakan alam semesta? Siapa yang mengendalikan fenomena alam, seperti hujan, badai, tsunami, gunung meletus, dsbnya? Siapa yang menciptakan manusia? Dengan segala keterbatasan ilmu pengetauan dan teknologi, maka diciptakan sebutan: Tuhan. Dianalogikan Tuhan bersemayam di atas. Apapun yang ada di bumi beserta peristiwanya adalah kehendak yang di atas.

Sampai sekarang masyarakat yang hidup di zaman modern masih merawat pemikiran purba tersebut. Kenapa? Karena orang-orang terjebak oleh sistem institusi agama tanpa mempelajari perkembangan ilmu pengetauan.

Hal lainnya, tidak ada agama langit. Semua agama diciptakan di bumi pada  70.000 tahun silam ketika bahasa mulai terbentuk.  Dengan bahasa manusia menciptakan agama. Begitu juga ketika China sudah memperdagangkan kertas 5000 tahun silam, kitab suci mulai disusun oleh elit² agama. Dari situlah terbaca adanya duplikasi yang bersumber dari folklore, legenda dan mitologi.

Riset para ilmuwan menemukan bahwa agama adalah hasil inovasi manusia berdasar kepintaran dalam menggunakan bahasa. Perlu ditekankan bahwa agama sangat bergantung pada bahasa. Diciptakannya agama sebagai  panduan moral bagi manusia ketika masih hidup. Setelah mati, agama tidak lagi diperlukan.

Dan, perdebatan tentang hal-hal yang bersifat metafisis, apakah Tuhan ada atau tidak? Kiranya menarik untuk mencermati pemikiran Emmanuel Kant, filosof Jerman (1724-1804) yang menyatakan, bahwa akal manusia tidak bisa membuktikan atau menyanggah keberadaan Tuhan. Semua argumen klasik yang mencoba membuktikan Tuhan begitu lemah dan tidak bisa diandalkan.

Meskipun akal tidak bisa memastikan bahwa Tuhan itu ada namun percaya kepada Tuhan itu perlu sebagai acuan moralitas. Bukan karena Tuhan bisa dibuktikan secara logis tetapi manusia membutuhkannya agar moralitasnya  punya makna.

Penulis : Rokimdakas
Wartawan & Penulis

Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.

Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut

 

 

Editor : Redaksi

Kopilot
LAINNYA