x
x

Tentang Pajak Zaman Dulu di Eropa

Di Eropa pada zaman dahulu, kesenjangan sosial sangat mencolok. Rakyat jelata hidup dalam kemiskinan, sementara raja dan para bangsawan menikmati kekayaan berlimpah. Struktur masyarakat yang feodal membuat sebagian besar kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir orang yang dekat dengan kekuasaan.

Pajak yang diberlakukan pun semakin membebani rakyat kecil, sementara kaum bangsawan sering kali terbebas dari kewajiban membayar pajak. Dalam sistem ini, ketika seorang raja membutuhkan dana tambahan untuk perang, pembangunan istana, atau sekadar memenuhi gaya hidup mewahnya, solusinya sederhana: menaikkan pajak.

Namun, yang dikenakan pajak bukanlah orang-orang kaya atau para bangsawan, melainkan rakyat jelata yang sudah hidup dalam kesulitan. Pajak dikenakan pada barang dan kebutuhan dasar, seperti pajak topi, pajak jendela, pajak tungku perapian, dan pajak garam.

Salah satu contoh paling terkenal dari sistem pajak yang tidak adil ini terjadi di Prancis pada abad ke-18. Saat itu, Raja Louis XVI berkuasa, tetapi negara mengalami krisis keuangan yang parah akibat perang yang mahal, termasuk keterlibatan dalam Perang Kemerdekaan Amerika. Untuk menutupi defisit, pemerintah terus menaikkan pajak rakyat tanpa menuntut kontribusi dari para bangsawan dan rohaniwan, yang termasuk dalam golongan kelas istimewa.

Pajak Gabelle

Salah satu pajak yang paling dibenci adalah Gabelle, atau pajak garam. Garam adalah komoditas yang sangat penting pada masa itu karena digunakan tidak hanya untuk memasak, tetapi juga untuk mengawetkan makanan di masa sebelum kulkas ditemukan.

Pemerintah Prancis memonopoli perdagangan garam, dan setiap orang diwajibkan membeli garam dalam jumlah tertentu dengan harga yang sangat tinggi. Sistem ini sangat tidak adil karena rakyat miskin yang membutuhkan garam dalam kehidupan sehari-hari harus membayar mahal, sementara kaum bangsawan memiliki akses bebas terhadap garam tanpa dikenakan pajak. Ketidakadilan ini menjadi salah satu pemicu utama kemarahan rakyat.

Seorang filsuf Prancis, Voltaire, pernah menulis kritik tajam terhadap pajak ini, mengatakan bahwa sistem pajak yang membebani rakyat kecil sambil membebaskan kaum elite adalah bentuk ketidakadilan yang mencerminkan pemerintahan yang korup.

Revolusi Prancis

Ketika krisis ekonomi semakin memburuk dan rakyat tidak mampu lagi menanggung pajak yang berat, pemberontakan mulai terjadi. Pada tahun 1789, rakyat Prancis melancarkan Revolusi Prancis, yang menjadi salah satu peristiwa paling bersejarah dalam dunia modern.

Revolusi ini diawali dengan Pengambilan Bastille pada 14 Juli 1789, di mana rakyat menyerbu penjara Bastille di Paris sebagai simbol perlawanan terhadap rezim yang menindas. Dari sana, revolusi semakin meluas, dan sistem monarki mulai runtuh.

Pada 1793, puncak kemarahan rakyat mencapai titik akhir ketika Raja Louis XVI ditangkap dan dihukum mati dengan guillotine. Eksekusi tersebut disaksikan oleh ribuan orang di alun-alun kota, dan kepala sang raja dipertontonkan sebagai bukti bahwa kekuasaan absolut raja telah berakhir.

Setelah itu, Perancis memasuki era baru dengan berbagai perubahan besar, termasuk penghapusan sistem feodal, reformasi hukum, dan penghapusan pajak-pajak yang menindas rakyat kecil. Kisah pajak zaman old di Eropa, terutama di Prancis, memberikan pelajaran berharga bahwa ketidakadilan dalam sistem pajak bisa menjadi pemicu perlawanan rakyat.

Ketika pajak hanya membebani rakyat kecil sementara kaum kaya dan berkuasa justru diuntungkan, ketimpangan sosial semakin dalam dan dapat menyebabkan gejolak besar. Revolusi Prancis membuktikan bahwa ketika rakyat sudah terlalu muak dengan sistem yang tidak adil, mereka tidak akan segan untuk menggulingkan penguasa, bahkan dengan cara yang paling brutal sekalipun.

Kejadian ini menjadi pengingat bagi setiap pemerintahan di dunia bahwa kebijakan pajak yang tidak adil bisa menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Penulis : Bambang Eko Mei
Pemerhati Sosial

Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.

Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut

 

Berita Terbaru
Selasa, 08 Jul 2025 19:58 WIB

Kadin Jatim Sebut Tarif Impor AS 32% Justru Bikin Peluang Besar Ekspor Tekstil

JATIMKINI.COM, Kebijakan tarif impor sebesar 32% yang diterapkan pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap produk dari berbagai negara Asia menciptakan
Selasa, 08 Jul 2025 18:06 WIB

Problem Pendidikan, SDN Sepi Peminat

Di tengah mimpi besar menuju Indonesia Emas 2045, negeri ini justru dihantui fenomena penuh tanda tanya, mengapa Sekolah Dasar Negeri makin ditinggalkan
Selasa, 08 Jul 2025 16:21 WIB

PLN Elektrifikasi 21 Ribu Petani Buah Naga di Banyuwangi, Dorong Ekonomi Kerakyatan

PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung sektor pertanian berkelanjutan melalui program electrifyin
Selasa, 08 Jul 2025 15:37 WIB

Frank & co., Hadirkan Kemewahan Intim di Tengah Kota Surabaya

Frank & co., membuka gerai kelima di Surabaya, yang mengusung berlian dengan konsep perpaduan keintiman dan kemewahan menyatu.
Selasa, 08 Jul 2025 14:35 WIB

Pelatihan SDM Jadi Kunci TPS Tingkatkan Kinerja Terminal

TPS menjawab tantangan tata kelola pelabuhan melalui pelatihan SDM guna mendorong transformasi terminal bertaraf internasional.
Selasa, 08 Jul 2025 13:17 WIB

Kelompok Mahasiswa 96 UPN Veteran Dampingi RW 5 Pilang Makmur. Tujuaannya Ini

Guna menyiapkan kegiatan Lomba Kelurahan Berseri tingkat Kota Surabaya kelompok mahasiwa KKN 96 Universitas Pembanguna Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur