"Makan itu idealisme !!," seloro pekerja seni ketika melihat temannya terjebak kata “idealisme.”
Dianggapnya menjadi seniman idealis adalah menolak segala yang bersifat komersial dan hanya menciptakan karya sebebas kehendak hati.
Dalam mengamati perjalanan pekerja seni, idealisme ini cenderung menjadi belenggu yang memperlambat bahkan menghentikan perkembangannya. Padahal frasa idealisme memiliki banyak definisi, untuk itu perlu menemukan makna idealisme yang sesuai untuk dirinya sendiri.
Salah satu pandangan tentang idealisme yang sering diabaikan adalah, bahwa menghidupi diri sendiri secara layak merupakan bentuk idealisme. Why!
Betapa sering mendengar keluhan pelukis yang tidak bisa melakukan proses oleh kendala modal dan material. Dengan mencukupi diri secara mandiri maka intensitas seniman dalam memproses kekaryaan akan bisa terjaga tanpa dihantui masalah finansial.
Untuk menggarap sebuah lukisan berkualitas berukuran 100 x 200 Cm menyerap dana yang tidak sedikit. Dari penyiapan kerangka, mengolah dasaran kanvas hingga tujuh lapis, penyediaan cat, pigora serta logistik selama proses, beaya produksi yang dibutuhkan sekitar satu juta rupiah.
Hanya saja tidak semua lukisan menggunakan material bermutu. Pada umumnya menggunakan bahan sederhana dengan budget tipis agar nilai jualnya terjangkau.
BUKAN BERKHIANAT
Menyelaraskan diri dengan kenyataan hidup bukan berarti mengkhianati idealisme namun justru bagian dari pola bertahan dalam merawat kesenian agar berkembang. Menghadirkan karya yang diterima pasar bukan juga berarti bernilai rendah. Karya yang menarik perhatian publik merupakan bentuk keberhasilan dalam menebarkan nilai-nilai artistik ke hadapan publik.
Ketika seorang pelukis berhasil menghidupi dirinya melalui karyanya pertanda kesenian yang dilibati tidak hanya bisa dinikmati tetapi juga menjadi sarana yang bisa membangun kehidupan secara layak. Karenanya idealisme tidak lagi menjadi alasan untuk meninggalkan realita. Justru idealisme yang sesungguhnya adalah yang memungkinkan seniman untuk berkarya secara ajeg sehingga berpengaruh pada pelaku maupun lingkungannya.
Berdasar pemahaman tersebut sepatutnya seniman membebaskan diri dari persepsi sempit tentang idealisme. Bertahan dan berkembang merupakan bentuk idealisme.
Penulis : Rokimdakas
Wartawan & Penulis
Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.
Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut
Editor : Redaksi