Di era media sosial yang serba cepat, opini dan kritik tersebar luas dengan mudah. Sayangnya, seringkali kritik tersebut datang dari mereka yang enggan mengintrospeksi diri dan justru menutup mata terhadap kekurangan mereka sendiri. Dalam atmosfer ini, kejujuran kerap terpinggirkan, tergantikan oleh pencitraan sempurna, jauh dari realitas dan munafik.
Media sosial telah menjadi panggung bagi para aktor politik dan pemerhati sosial yang berlomba merebut perhatian. Mereka hadir di berbagai platform, seperti Instagram, Facebook, Twitter hingga podcast. Isu yang paling sering diangkat tentu saja adalah kritik terhadap Presiden Joko Widodo beserta keluarganya. Kritik ini mencakup segala hal, mulai dari kebijakan hingga hal-hal yang lebih personal.
Terlepas dari gencarnya kritik tersebut, survei yang dilakukan Indo Barometer pimpinan Muhammad Qodari menunjukkan, 75 persen rakyat Indonesia puas dengan kinerja Jokowi.
Hal ini didasarkan pada berbagai pencapaian nyata, seperti pembangunan infrastruktur, bendungan, embung, jalan desa, stadion olahraga, hingga hilirisasi sumber daya alam yang mendukung perekonomian negara. Program-program strategis nasional yang diinisiasi Jokowi telah memperkuat devisa negara dan memberikan manfaat besar bagi rakyat Indonesia.
Di sisi lain, hanya 25 persen responden yang menyatakan ketidakpuasan. Sebagian besar dari mereka adalah pemain politik yang gagal meraih peran pada panggung besar. Kelompok ini kerap diundang ke stasiun televisi yang mengedepankan politik framing, dimana kritik yang mereka lontarkan lebih bersifat manipulatif dan menyesatkan. Kritik ini seringkali tidak didasarkan pada data melainkan sekadar upaya menyebarkan kebencian. Namun daya tarik kritik semacam ini terbatas dan tidak berkembang karena rakyat sudah mampu menilai dengan bijak.
DIFITNAH TERUS
Meskipun serangan kritik terus mengalir, kecintaan rakyat terhadap Jokowi tetap tak tergoyahkan. Dibandingkan dengan tujuh presiden sebelumnya, Jokowi layak disebut sebagai presiden yang paling sabar. Sejak dilantik pada tahun 2014 hingga 2024, ia menghadapi berbagai fitnah dan hujatan tanpa pernah memberikan respons yang emosional.
Para penghasut yang mencoba menjatuhkan Jokowi, kini satu per satu mulai tersingkir dari kancah politik. Meski Jokowi tidak pernah membalas dengan kata-kata, keadilan semesta tampaknya bekerja dengan cara tersendiri, menjatuhkan mereka ke dalam keterpurukan politik bahkan ada yang menjadi gelandangan politik.
Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada penggantinya, Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabumi Raka dalam suasana yang damai dan tertata. Prosesi seremoni berlangsung di Gedung MPR, Minggu, 20 Oktober 2024.
Jokowi telah menyiapkan segala sesuatunya agar transisi kekuasaan ini berlangsung lancar yang memungkinkan Prabowo bisa langsung bekerja memimpin Indonesia tanpa hambatan.
Kepemimpinan Jokowi selama dua periode tidak hanya diwarnai dengan kerja keras dan pencapaian tetapi juga kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi kritik yang tidak selalu berdasar. Inilah yang membuat Jokowi dicintai dan diingat sebagai presiden yang teguh, sabar, dan tetap fokus pada tujuan membangun bangsa, meski badai kritik terus menghantamnya.
Atas amanat rakyat yang dilaksanakan, sejarah akan menulisnya dengan tinta emas: "Jokowi, Presiden Paling Sabar"
Penulis : Rokimdakas
Wartawan & Penulis
Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.
Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut
Editor : Redaksi