x
x

Melibatkan Profesional, Rerata Petani Belanda Kaya. Bagian 2

JATIMKINI.COM, Dialog tentang pertanian dilanjutkan oleh Rokimdakas dari Jatimkini.com dengan Novianto, profesional agribisnis di kawasan Asia. Tema yang diusung tentang petani Belanda. Perlu diketahui bahwa Novi bekerja pada perusahaan multinasional berpusat di Belanda tang memproduksi varitas unggulan. Berikut memoar yang disampaikan di selah pameran anggrek di Kota Batu, Minggu, 6 Oktober 2024.

Kim : Bagaimana kondisi petani di Belanda?

Novi : Petani di saba rata-rata makmur, kaya-kaya. Mereka bisa membaca tren, menganalisa kebutuhan pasar lalu mencari solusi bersama-sama?

Kim : Lewat organisasi?

Novi : Di Belanda, para petani bersatu dalam sebuah koperasi supaya 'bergaining position'-nya kuat. Salah satu andalan petani di sana adalah budaya korporasinya kuat, mereka bersatu. Misal, petani tomat, yang mereka kelola hanya tomat dsn hanya l ditangani satu pintu.

Kim : Siapa yang menangani menejemen?

Novi : Untuk menjalankan bisnis koperasi, petani membayar profesional. Murni bisnis, mereka digaji juga mendapat komisi. Jadi yang menangani administrasi koperasi, full profesional.

Misal, ada yang butuh tomat sebanyak  lima ton sehari disertai spesifikasi. Itu  dibicarakan bersama para petani dan dikerjakan secara kompak.

Kim : Setelah melihat petani Belanda lalu beralih ke petani Indonesia, apa yang Anda pikirkan?

Novi : Sayang, petani kita suka sikut-sikutan, sikut sana, sikut sini. Pihak yang diuntungkan dari situasi ini adalah bandar. Kemudian bandar melayani pasar atau bandar yang lain.

Seperti pada karut marutnya cabe merah, bandar yang meraup keuntungan besar. Cara 'devide et impera', politik belah bambu dihayati benar oleh bandar untuk memecah belah petani. "Di sana harganya dua puluh, disini kok tiga puluh?". Menghadapi tekanan seperti itu petani berpikir, mereka menjual produk segar jika tidak segera dilepas bisa layu, malah bisa membusuk dan harganya pasti hancur. Situasi tersebut dimainkan oleh bandar untuk meraup keuntungan besar.

Kim : Yang namanya bandar memang nggak punya hati ...

Novi : Petani kita mengertinya cuma sebatas itu. Beda dengan Belanda, mereka dikoperasikan lalu ada profesional, petani hanya fokus menanam sehingga lebih efisien.  Masalah penjualan sudah ada menejemen yang ditangani profesional.

Kim : Di sini kan ada Gapoktan, gabungan kelompok tani?

Novi : Memang banyak kelompok tani tapi dibentuk oleh pemerintah, sifatnya top down bukan bottom up. Karena top down, petani berharap mendapat bantuan.

Tujuan dibentuknya kelompok tani di sini supaya dapat bantuan. Biasanya dengan mengumpulkan foto copy Kartu Keluarga, KTP. Sehingga yang dilakukan  setiap tahun adalah membuat proposal,  bukan bisnis plan atau marketing plan.

Kalau ada bantuan turun, ribut. Jika bantuan traktornya rusak, uncal-uncalan, saling tuduh. "Traktor ini rusak setelah dipakai Pak ini ... bla bla bla..." Karena tidak dikelolah dengan baik akhirnya nggelethak, rusak  Itu masalah klasik. Dari dulu sampai sekarang terus begitu.

Pokoknya masalah petani di Indonesia seru thok .. Hahahaha ....

(Bersambung)

Berita Terbaru
Rabu, 09 Jul 2025 19:25 WIB

Sempat Terganggu Pasca Insiden RTG, Layanan TPK Bitung Kembali Normal Sejak Awal Juli

JATIMKINI.COM, PT Pelindo Terminal Petikemas berkomitmen melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja pelayanan peti kemas di TPK Bitung pasca insiden
Rabu, 09 Jul 2025 16:01 WIB

Produksi Melimpah Tapi Perut Rakyat Masih Keroncongan

Dibalik gegap gempita pernyataan pemerintah mengenai keberhasilan sektor pangan nasional, muncul satu ironi yang menggigit
Rabu, 09 Jul 2025 13:36 WIB

Bertepatan Pembukaan Fortasi, SMAMX Beri Reward Siswa Peraih Medali Porprov IX Jatim

Kepala SMA Muhammadiyah 10 (SMAMX) Surabaya resmi memberikan penghargaan dan apresiasi pada 23 siswa peraih medali ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov ) IX
Rabu, 09 Jul 2025 13:32 WIB

PTPN I Regional 5 Beri Bantuan Infrastruktur Pendidikan untuk Yayasan Yatim Kepodang Mandiri Sidoarjo

JATIMKINI.COM, Sebagai wujud nyata kepedulian terhadap pendidikan masyarakat sekitar, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 5 memberikan bantuan Tanggung
Rabu, 09 Jul 2025 13:26 WIB

Perkembangan Pasar Modal: Stabil tapi Rawan

Perkembangan pasar modal dalam negeri masih resilien meski dihadapkan dengan sejumlah indikator global, yang bisa membawa dampak besar.
Selasa, 08 Jul 2025 19:58 WIB

Kadin Jatim Sebut Tarif Impor AS 32% Justru Bikin Peluang Besar Ekspor Tekstil

JATIMKINI.COM, Kebijakan tarif impor sebesar 32% yang diterapkan pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap produk dari berbagai negara Asia menciptakan