x
x

Pengakuan Dosa Indonesia

Jumat, 06 Sep 2024 15:11 WIB

Reporter : Redaksi

Yang Terhormat

GUSTI PAUS FRANSISKUS

Hanya puja dan puji milik Allah semata namun perkenankan kami dengan kerendahan hati memuji Panjengan dengan sebutan Gusti yang bermakna bagusnya hati oleh pancaran jiwa Panjengan Gusti Paus Franciscus. Terimakasih atas kunjungan Panjenengen ke tanah tua, Indonesia yang kami cinta.

Gusti Paus, Panjenengan sebaiknya sesering mungkin bertandang ke Indonesia.  Karena begitu Panjenengan menginjakkan kaki di tanah air kami, teriknya suasana kehidupan akibat penyimpangan perilaku masyarakat Indonesia berubah sejuk. Ibarat panas menahun hilang oleh hujan kehadiran Panjengan sehari.

Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan 'Suvi' - surat virtual -  tentang pengakuan dosa Indonesia. Allah senantiasa bersama Panjengan. Panjengan selaku petugas langit semoga bisa membantu bagi  penghapusan  dosa-dosa kami yang telah mengerak begitu lama, dari zaman berganti peradaban, dosa yang kami perbuat bukannya dikikis dengan kesadaran karena kesadaran sebagai bangsa, terutama para pemimpin negara  dan pemangku kepentingan rakyat yang bertanggung jawab terhadap kemaslahatan hidup berbangsa serasa kian menjauh bahkan nyaris sirnah.

Padahal kami diikat dengan falsafah Pancasila serta pedoman negara Bhinneka Tunggal Ika. Realitanya di berbagai wilayah di Indonesia, hegemoni mayoritas terhadap minoritas secara laten dirawat dengan melupakan azas hidup setara antar sesama, bukan toleransi tapi kesetaraan.

Pada strata sosial pun demikian, yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin tak punya harapan kehidupannya menjadi lebih baik. Warisan peradaban yang pernah diagung-agungkan kini berubah menjadi plastik tak ternilai.

Ada penelitian menyodorkan data bahwa  Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penganut agama tertinggi di dunia. Namun survey tersebut sekaligus menyiset topeng kami jadi terkelupas  sehingga menunjukkan wajah asli rakyat Indonesia yang moralitasnya paling rendah. Kami menyadari ada kesalahan dalam beragama maupun sistem pengajaran agama namun kesalahan itu tetap dirawat sebagai pengaman zona nyaman oleh pemangku kepentingan. Apalagi agama telah dijadikan industri yang tentu saja aspek keuntungan sebagai orientasi utama.

Ratusan milyar bahkan mencapai triliunan, kekayaan sebagian besar rakyat disetorkan pada suatu negara yang mengelola industri wisata religi yang mengiming-imingi kesucian dan jaminan surga. Sementara keberadaan Tuhan beserta perangkat pensucian hati yang didambakan hakekatnya berada dalam diri setiap orang.

Pembayaran pampasan akibat kalah perang dogma dengan cover agama ini akan terus berlangsung sampai anak kami bercucu-cucu kelak. Pembayaran pampasan ini bukan hanya berlangsung setahun sekali tapi kemudian direkayasa sehingga berlangsung setiap waktu disertai narasi yang memabukkan. Terus terang kami sedih, sesedih-sedihnya melihat kenyataan ini Gusti.

Gusti Paus yang baik

Maaf, bukan maksud kami mencari muka di hadapan Panjengan. Selaku pemimpin 1,2 milyar umat Katolik dari  2,5 milyar penganut Nasrani di dunia ketulusan Panjenengan bersikap sederhana sungguh menampar kemunafikan kami sebagai warga bangsa yang kehilangan jati diri yang telah berubah jadi plastik!

Negara Vatican yang Panjenengan pimpin tergolong sangat kecil, jumlah warganya tidak sampai seribu jiwa. Di negara Panjengan tanpa ada tentara, tanpa  penjara, tanpa pabrik dan segalanya. Namun di tangan kepemimpinan Panjengan banyak negara lain yang justru memperoleh uluran tangan berupa sumbangan yang begitu besar dari negara Panjenengan. Kami malu. Sungguh sangat malu! Apalagi gaji Panjengan setiap bulan selaku Pemimpin Negara senilai lima ratus juta rupiah  Panjengan bagikan demi kepentingan gereja dan umat manusia. Sementara  Indonesia yang dikaruniai kekayaan alam dan jumlah jiwa yang begitu besar, sampai hari ini begitu banyak saudara kami yang taraf  hidupnya jauh dari layak.

Sepertinya sangat tidak layak bila membandingkan kesederhanaan hidup Panjengan dengan pola kehidupan seluruh pemimpin Indonesia, baik pemimpin politik maupun pemimpin agama.

Karena topeng kami sudah terbuka buat apa untuk menutup-nutupi, dan tentu  Panjenengan sudah mengetaui bahwa  Indonesia sedang dilanda bencana kemunafikan. Politik hipokrit, hedonisme dan kebejadan adab bangsa kami serasa pada titik nadir.

Orang baik difitnah sedang orang-orang bejat diberi mandat. Di jagat maya, caci maki dijadikan doa sehari-hari, dan orang-orang yang sabar, orang-orang bijak bestari semakin langka ditemukan.

Bila kebusukan ini kami sampaikan, sampai matahari terbit dari barat pun belum selesai kami sampaikan, begitu sakingnya. Dan kehadiran Panjengan seperti hadirnya kaca benggala, siapapun bisa bercermin secara telanjang atas kesederhanaan, ketulusan dan cinta kasih yang memancar dari keagungan jiwa Panjenengan. Sungguh kemarau menahun sirnah oleh kehadiran Gusti.

Sering-seringlah kemari Gusti.

Kami merindukan cermin bersih.

ditulis oleh : Spiritualis Kontemporer. Rokimdakas

Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.

Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut

 

Editor : Redaksi

LAINNYA