Malam Minggu ngopi di warkop, di sebelahku ada beberapa orang ngeslot. Ada yang misuh-misuh karena kalah, sudah dua ratus ribu amblas. Yang lain cengar-cengir, sudah beli beberapa giga tapi belum balik modal. Melihat tingkah orang-orang semeja, membuatku merenung.
Hidup itu nggak boleh bersikap jahat. Kasihan diri kita ini. Ada Tuhan yang menyertai setiap saat, keberadaan 'lekat' tak berjarak kok berbuat jahat.
Hidup itu harus siap apa saja, seperti roda berputar, kadang di atas kadang di bawah. Itu biyasah!
Kalo sedang ada uang tidak digunakan untuk melakukan hal-hal yang berguna, yang sifatnya produktif atau membuat kekaryaan malah dibuat foya-foya.
Kalo sedang sehat tidak bersyukur tapi ketika sakit bengak-bengok, mengeluh, sambate gak karu-karuan. Kita sering tidak bersikap adil atas kondisi yang kita nikmati.
Kalo sedang kenyang patut siap lapar lagi. Kalo sedang lapar patut bersabar dan yakin bahwa akan ada rezeki yang bisa mengatasi rasa lapar.
Kita sering bersikap jahat pada diri sendiri. Inginnya rasa manis tak ada putusnya lalu membenci rasa pahit. Padal sejumput rasa pahit lebih bermakna katimbang segudang rasa manis.
Hidup itu seperti krupuk, sebentar renyah sebentar mlempem. Meski mlempem dicelup air kan bisa diemplok ...
Kan begitu kan?
Ditulis oleh : Rokimdakas
Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.
Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut
Editor : Ali Topan