Reporter : Alvian Yoananta
JATIMKINI.COM, Perkumpulan warga keturunan Tionghoa marga Tjio/Jiang yang tergabung dalam Yayasan Bina Marga Canggih (BMC) Surabaya menjalin kerja sama bidang pengembangan teknologi industri dan investasi dengan masyarakat sesama marga Jiang asal Provinsi Jiangsu, Tiongkok.
Ketua Yayasan BMC, Peter S. Tjioe, mengatakan sesama marga Jiang memiliki hubungan leluhur nenek moyang yang kini tinggal saling berjauhan antar negara, tetapi komunikasi terus dibangun tanpa putus. Termasuk marga Jiang yang berasal dari Shu Dou yang banyak bermigrasi ke Indonesia tetap menjalin persaudaraan.
“Pertemuan dengan 35 delegasi marga Jiang dari Tiongkok ini tidak hanya sekedar menjalin persaudaraan, tapi ada tujuan lain yakni ada kerja sama bisnis, kita ingin undang mereka untuk investasi dan bisnis di sini,” katanya dalam pertemuan Yayasan BMC Surabaya dan delegasi marga Jiang dari Tiongkok di Resto MM di By Pass Juanda, Sidoarjo, Minggu (9/6/2024).
Peter menjelaskan, populasi marga Jiang di Tiongkok saat ini berjumlah 5,4 juta jiwa, sebagian besar yaitu 42% tinggal di Provinsi Sichuan, Hunan, dan Jiangsu. Sebagian lain berdomisili di Provinsi Guang Xi, Zhe Jiang, An Hui, Chong Qing, dan Gui Zhou.
Sementara warga keturunan bermarga Jiang yang tergabung Yayasan BMC kini sebanyak 200 orang, sebagian besar tinggal di Surabaya dan di kota-kota lain di Jawa Timur. Yayasan tersebut memfokuskan terhadap kegiatan ekonomi dan sosial.
"Visi dan misi kami adalah membangun dan mewujudkan kesejahteraan seluruh generasi marga Jiang yang akan datang. Upaya ini antara lain kami lakukan melalui kerja sama ekonomi dengan saudara-saudara kami yang tinggal di Tiongkok, di mana kerja sama mencakup bidang teknologi industri dan investasi," ujar Peter, yang juga pelaku usaha batu marmer/granit dengan bendera MM Galleri.
Dia menambahkan, kedatangan delegasi marga Jiang asal Provinsi Jiangsu akan membahas secara serius beberapa peluang bisnis, di antaranya menarik investor asal Tiongkok untuk berinvestasi di Jatim dengan mendirikan industri manufaktur berbasis teknologi terbaru.
Dengan demikian, para pengusaha lokal bisa melakukan alih teknologi. Di lain pihak, para pebisnis dari Jatim, bisa membuka peluang ekspor ke Tiongkok berupa aneka komoditas pertanian.
"Banyak peluang bisnis yang bisa digarap kedua belah pihak. Kerja sama ini juga mampu meningkatkan perekonomian daerah,” imbuhnya.
Untuk diketahui, Yayasan BMC telah terbentuk sejak 1912 dengan berganti-ganti ketua. Kini Peter memperoleh tongkat estafet sebagai ketua yayasan tersebut.
Sejauh ini Yayasan BMC telah memiliki gedung pertemuan di Jl. Nias 36 Surabaya yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan. Selain itu memiliki aset lahan seluas 645 m² yang diwujudkan oleh para donatur pada 2006.
Editor : Peni Widarti