Reporter : Rokimdakas
JATIMKINI.COM, Rudapaksa yang menimpa Mawar tampaknya merupakan kasus luar biasa karena diwarnai “perang bintang” antara tim indigo dengan tim cenayang yang mengerahkan ruh jahat merasuki tubuh korban. Ada tujuh makhluk astral yang merasuki Mawar, enam diantaranya dihabisi oleh tim indigo dengan cara pembakaran lalu dilarung ke laut.
Jumat, 28 Desember 2023 merupakan hari yang Panjang dan melelahkan bagi Melati, perempuan indigo yang mendampingi Mawar, sahabatnya di Jakarta yang sedang pulang kampung untuk mengurus warisan mendiang suaminya di Trowulan.
Harapannya belum terwujud malah tertimpa nasib malang. Dia diperkosa oleh adik mendiang suaminya bernama Stevanus yang ingin menguasai harta warisannya. Pelaku melibatkan cenayang atau dukun yang dapat berhubungan dengan makhluk halus. Misinya merusak kehidupan Mawar hingga ajal menjemput sehingga mempermudah penguasaan warisan.
Kembali ke agenda hari Jumat. Melati mendapat anjuran temannya sesame indigo bernama Jati, agar mengajak korban melakukan ritual di petilsan Raja Majapahit Troloyo, Trowulan. Di tempat sakral tersebut Mawar dirasuki ruh sinden raja yang menyuruh untuk mengambil segenggam tanah di Troloyo serta air di makam Syech Jumadil Kubro. Usai melaksanakan perintah gaib tersebut rombongan berangkat ke Polresta Mojokerto, di sana Mawar didampingi Melati beserta ibu dan budenya. Lebih dari dua jam Mawar diinterogasi petugas.
Usai interogasi, Mawar dan Melati diajak petugas kepolisian ke lokasi kejadian yakni hotel Ayola. Saat di depat kamar 922, Mawar ambruk, tak sadarkan diri. Pihak hotel kemudian membantu korban untuk dibawa ke rumah sakit Kamar Medica, jalan Empunala. Sementara petugas Polresta masih berkoordinasi dengan pihak hotal untuk membuka rekaman CCTV pada waktu peristiwa terjadi pada hari Sabtu, 23 Desember 2023 malam.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Melati bisa mengetaui peristiwa nahas yang menimba sahabatnya berkat informasi yang disampaikan oleh ruh Encim, yang merasuki tubuh Mawar. Secepat kilat Melati menghubungi pihak keluarga Mawar untuk segera menjemput korban di lokasi kejadian.
Adagium mengatakan, tidak ada makan siang gratis. Demikian pula ruh Encim yang dialeknya menggunakan bahasa oriental meminta tolong pada Melati agar ruhnya dikremasi lalu abunya dilarung ke laut, Melati meyanggupi.
Untuk kepentingan tersebut Jati menganjutkan agar prosesi kremasi maupun pelarungan ruh jahat yang merasuki Mawar dilangsungkan di laut Pasuruan. Tim menemukan arena pelabuhan tempat beragam kapal penangkap ikan bersandar. Tanpa membuang waktu, Melati menggandeng Mawar menuju bagian tengah laut hingga tubuhnya terbenam sebatas dada.
Sebelumnya, Jati menyiapkan sarana kremasi menggunakan tujuh lembar daun jati yang setiap lembar ditaburi garam grosok kemudian diikat juga disiapkan kembang larung.
Jati menerangkan, “Tiap lembar daun dijadikan tempat setiap ruh. Ada enam ruh jahat yang diproses. Bendelan berisi enam ruh itu kemudian dihanyutkan bersama kembang larung.” Ketika Melati menggandeng Mawar posisi Jati di belakang mereka untuk berjaga-jaga jika ada gangguan yang tidak dikehendaki.
Peristiwa aneh terjadi. Saat mengamati prosesi pelarungan, biasanya benda yang dihanyutkan di pantai akan tersapu gelombang ke tepian tidak demikian dengan bendelan daun jati itu. Tidak ada gelombang yang menghempas ke tepiah malah hanyut ke tengah seperti terdorong angin. Sesampai di tengah, daun jati itu masuk masuk ke dalam laut. Kata Jati , “Itu artinya ruh yang dilarung diterima penguasa alam.”
Bagaimana dengan Mawar? Begitu tumpukan daun jati itu tersedot ke bawah permukaan laut, dia pingsan. Dengan sigap Melati dan Jati menahannya agar tidak tenggelam. Dengan tubuh basah kuyub ketiganya kembali ke daratan. Adegan magis pada Sabtu pukul 1.30 dini hari itu menyita perhatian orang-orang di sekitar pantai.
Apakah keenam ruh jahat yang dilarung termasuk ruhnya Encim? “Untuk sementara Encim saya tahan dulu,” tutur Melati, karena dia bisa dijadikan narasumber penting untuk mengungkap kasus ini.
( Bersambung )
Laporan Khusus : Rokimdakas
Editor : Ali Topan