x
x

Pioner Pengusaha Batik dengan Pegawai Mayoritas Disabilitas

Sabtu, 15 Jul 2023 13:03 WIB

Reporter : Achmad Arif

Menyebut nama Aryono Setiawan mudah menebaknya. Ia adalah pendiri sekaligus pemilik batik dengan brand Wistara, yang beralamat di Tambak Medokan Ayu, Surabaya. Namun demikian ia enggan disebut entrepreneur, dan lebih nyaman disebut socialpreneur.

Penyebutan itu tidak lepas dari statusnya yang memiliki memiliki pegawai disabilitas. Saat ini Wistara Batik memiliki delapan pegawai yang rata-rata tuna rungu-wicara, dan berasal dari berbagai kota di Jawa Timur.

“Ada yang kami terima setelah mengikuti pelatihan di Dinas Sosial Jawa Timur. Ada pula yang diantar keluarga untuk menitipkan di sini, bekerja sambil belajar,” kata Aryono dalam sambungan telepon pada Minggu (9/7/2023).

Ari, sapaan lekatnya, menambahkan ada pula karyawan yang bergabung setelah mendapat informasi. Adapun informasi itu diterima dari temannya, yang sudah bergabung terlebih  dahulu.

Pria yang juga berstatus ASN ini memanggil pegawainya dengan sebutan adik-adik. Sebutan itu ingin diciptakan untuk membangun kedekatan tanpa ada sekat. Bahkan ia mengaku apa yang ia makan, juga dimakan pegawainya.

Salah satu pegawai disabilitas yang dimiliki Wistara Batik.
"Salah satu pegawai disabilitas yang dimiliki Wistara Batik."

Tidak mudah menerima pegawai disabilitas yang mayoritas berusia muda. Ada proses yang ditetapkan Wistara Batik. Hal yang paling utama adalah membangun komunikasi dan chemistry. Sepanjang ada kedekatan dan feeling, calon pegawai bisa langsung diterima.

“Membangun (komunikasi) dan mengontrol emosi adik-adik itu tidak mudah. Ada hal-hal spesial yang harus kami cocokkan, dan menyesuaikan kebutuhan usaha serta kebutuhan adik-adik,” Ari menjelaskan.

Teknologi digital memudahkannya berkomunikasi dengan pegawai. Cara paling ampuh adalah menggunakan gawai. Di mana seluruh informasi dan kegiatan disampaikan melalui grup WhatsApp.

Ada satu hal yang bisa membuat Ari sedih ketika harus berpisah dengan pegawainya. Misalnya ada yang resign, tidak bisa semoyo (dijanjikan). Apabila ingin keluar, saat itu juga harus terwujud dan tidak bisa ditahan.

Alasan lain, mengapa Aryono harus menerima pegawai disabilitas sejak mendirikan usaha. Ia terketuk untuk memberikan pekerjaan sekalius memberi tempat belajar. Harapannya agar pegawainya bisa membangun kemandirian apabila harus berpisah.

Aryono mendiskusikan kain yang hendak dijadikan pakaian sesuai dengan pesanan.
"Aryono mendiskusikan kain yang hendak dijadikan pakaian sesuai dengan pesanan."

“Saat mendirikan usaha belum ada aturan dari pemerintah, mewajibkan perusahaan menerima pegawai disabilitas. Saya hanya memiliki filosofi memberi kesempatan berkarya kepada adik-adik. Jangan sebut saya pioner,” imbuhnya.

Batik Wistara berdiri tahun 2010 di Perumahan Oasis, Sidoarjo. Nama Batik Wistara berkibar setelah produknya dikenakan peserta ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 2013. Pada tahun itu juga ia memindahkan usahanya ke Tambak Medokan Surabaya, setelah makin berkembang.

Ari juga tidak terlalu ngoyo mengejar omzet. Tentu ini bertolak belakang dengan misi bisnis pada umumnya. Sebab urusan marketing, operasional, hingga keuangan ia kerjakan semuanya.

“Kalau adik-adik saya pressure omzet, hasilnya bisa kacau. Saya berusaha membuat produk tidak terburu-buru. Tidak kemrungsung (terburu-buru). Lumintu (mengalir), sesuai kehendak Tuhan. Kalaupun ada pesanan banyak, itu rezeki,” jelas pria kelahiran Kediri, Kediri 28 Maret 1979 ini.

Tentu muncul pertanyaan, bagaimana bila ada pesanan mendadak dalam jumlah besar? Dengan sabar ia akan menjelaskan kepada customer tentang proses produksi. Mayoritas, lanjut Ari, pelanggannya bisa mengerti.

Aryono Setiawan (tengah) saat menerima kunjungan Komisaris PT PLN, Alex Munaf tahun 2022 silam.
"Aryono Setiawan (tengah) saat menerima kunjungan Komisaris PT PLN, Alex Munaf tahun 2022 silam."

Selama menjadi pengusaha, ia mengaku pernah mengalami stagnasi. Salah satunya ketika pandemi Covid-19 pada 2020. Stok berlimpah, perputaran uang berhenti, dan operasional nyaris mandek.

“Ya bisa stres kalau dipikir. Kuncinya sabar dan bersyukur. Gusti (Tuhan) pasti memberi jalan. Pada saat tamu datang, bisa melihat koleksi, memegang, memotret, menceritakan ke orang lain. Itu sisi positifnya,” kenangnya.

Pada saat ekonomi nyaris lumpuh pada tahun 2020 silam, Ari menciptakan terobosan produk. Ia mengajak pegawainya membuat masker dari batik, tas dan dompet dari kain perca, serta produk lainnya. Hasil penjualannya bisa untuk mengelola keuangan usaha.

Ada satu ciri khas dari Batik Wistara, salah satu yang paling menonjol adalah kancing baju berjumlah delapan. Menurutnya, itu hanya kebetulan dan dijadikan salah satu brand sekaligus ciri khas.

"Batik Wistara adalah batik tulis, dan memiliki delapan kancing. Itu ciri khas kami dalam menciptakan brand,” Ari memungkasi obrolan.

Editor : Redaksi

LAINNYA