Reporter : Rochman Arief
JATIMKINI.COM, Konsep Sekolah Rakyat yang dikembangkan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, mendapat apresiasi. Kali ini apresiasi datang dari Wakil Rektor I Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan, dan Alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr. Martadi, M.Sn.
Menurutnya, Pemkot Surabaya cepat merealisasikan Sekolah Rakyat hingga empat jenjang pendidikan sekaligus. Di jenjang perguruan tinggi, manifestasi Sekolah Rakyat dengan program "1 Keluarga Miskin, 1 Sarjana. Hal ini terwujud melalui keberadaan "Omah Ilmu Arek Suroboyo" yang sudah berjalan sejak Agustus 2024.
“Sekolah ini tidak terpaku pada satu pola. Selain terpusat dengan asrama dan beasiswa, Pemkot Surabaya telah mengembangkan model inklusif melalui Kampung Anak Negeri (jenjang SD-SMP) dan Omah Ilmu Arek Suroboyo (jenjang perguruan tinggi),” jelasnya, Senin (28/4/2025).
Sebetulnya metode tinggal di asrama sama dengan yang sudah berjalan di Unesa. Bedanya, Pemkot Surabaya memberi kesempatan pelajar tinggal di asrama dan tetap menuntut ilmu di sekolah formal terdekat.
Martadi juga menekankan pentingnya harmonisasi kurikulum. Setidaknya pendidikan formal di sekolah dengan pendidikan karakter dan pembiasaan positif di asrama bisa berjalan bersama. Sinergi antara SD, SMP, dan pengelola asrama sangat krusial untuk menciptakan pendidikan yang holistik.
“Tinggal harmonisasi dan penyelarasan antara kurikulum di sekolah untuk anak-anak di Sekolah Rakyat dan kurikulum di asrama,” terangnya.
Martadi menegaskan Unesa Kampus II Lidah Wetan siap menjadi Sekolah Rakyat tingkat SMA, dan menerima siswa baru mulai Juni 2025. Kesiapan ini telah melalui peninjauan sarana dan prasarana. Sebut saja Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, perwakilan kementerian, dan jajaran Pemkot Surabaya sudah melakukan kunjungan.
“Sebagai program prioritas nasional, Surabaya sebagai kota besar harus menjadi contoh. Kami di Unesa sangat siap dan mendukung implementasi Sekolah Rakyat,” ia menambahkan.
Kesiapan Unesa memunculkan keberagaman model Sekolah Rakyat di Kota Pahlawan. Sebetulnya, tidak semua anak dari keluarga kurang mampu bersekolah di Sekolah Rakyat. Keberadaan jalur afirmasi di sekolah formal juga memberikan kesempatan yang sama.
“Saat ini untuk mencari lahan untuk Sekolah Rakyat terpusat tentu menjadi tantangan. Terlebih untuk mencari lahan di Surabaya, jelas tidak mungkin. Nah, model inklusif ini menjadi solusi alternatif yang cerdas,” terangnya.
Martadi optimistis pendekatan ini mampu menjangkau lebih banyak anak-anak berpotensi dari keluarga kurang mampu. Selain itu, metode ini bisa menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan membuka ruang interaksi dari berbagai latar belakang.
Belum lama ini, Presiden RI, Prabowo Subianto mengusulkan lahirnya Sekolah Rakyat. Visinya, untuk mencetak agen perubahan pada setiap keluarga miskin melalui pendidikan berkualitas guna memutus transmisi kemiskinan.
Editor : Rochman Arief