JATIMKINI.COM, Sirkel kesenian di Surabaya terus bergerak melalui format yang beragam, baik skalanya kecil atau besar, ada yang bersifat komersial maupun apresiatif.
Kesemuanya menjadikan suasana kota tampak dinamis dan rerata berlangsung di jantung kota. Filadelvia, sebagai galeri senirupa kiranya tergugah untuk berpartisipasi membangun atmosfir kesenian di Surabaya Barat dengan menyiapkan karya-karya old master.
Sejak awal Nopember proses penataan dimulai, rencananya menjelang akhir tahun pameran lukisan old master akan dibuka.
“Semua lukisan yang dipamerkan merupakan karya pelukis yang telah meninggal dunia,” tutur Freddy Candra, pemilik galeri Filadelvia di Citraland, satu area dengan kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Koleksi Filadelvia yang bakal disuguhkan ke publik antara lain karya Affandi, Hendra Gunawan, Mozes Misdy, Sochieb, S. Yadi, Amri Yahya, Maria Tjoei serta sederet nama besar yang pernah berjasa membesarkan jagad senirupa Indonesia.
Adagium menyatakan, macan mati meninggalkan belang seniman mati meninggalkan kekaryaan. Dengan melihat karya-karya yang dipersiapkan Filadelvia serasa menggugah ingatan pada para perupa yang selama hidupnya mengabdikan diri secara total berkesenian.
Melukis bagi mereka merupakan nadi kehidupan yang dirawat dengan segala pengorbanan. Setelah mereka dipanggil Tuhan, publik disadarkan bahwa mereka merupakan seniman-seniman yang tangguh dan bertanggung jawab pada semesta dengan mendarmakan diri untuk terus berkarya, seberat apapun kondisi yang mereka alami.
Sebagai kota metropolitan keberadaan galeri seni rupa di Surabaya terbilang minim. Beberapa galeri pernah yang pernah dihadirkan namun tidak berumur panjang. Untuk itu perlu diapresiasi langkah Freddy, pecinta lukisan, yang memindahkan galerinya di Jakarta ke Surabaya. Menurut pebisnis mutiara tersebut, salah satu kendala mengelola galeri adalah karena putus asa lantaran over estimate. Prasangkanya terlalu berlebih dalam memprediksi keuntungan yang ingin diraih. Ketika realitanya tidak seperti harapan lalu putus asa kemudian galerinya ditutup.
“Saya tidak demikian, beserta anak dan istri, kami merupakan pecinta seni. Apa yang kami gelar di galeri maupun rumah benar-benar dinikmati. Tidak sekadar dinikmati tetapi juga dicintai. Kalau ada yang berminat mengoleksi silakan jika tidak ada saya pun bersyukur karena akan tetap bisa bersama koleksi kesayangan. Tanpa kecintaan segala sesuatu akan patah di tengah jalan," tutur Freddy
Editor : Ali Topan