JATIMKINI.COM, Gizi yang baik terutama yang mengandung nutrisi dan protein hewani menjadi faktor penting dalam menentukan kesehatan masyarakat. Namun hal ini masih menjadi pekerjaan besar bagi Indonesia untuk mewujudkan oleh adanya rintangan beragam. Baik menyangkut kesadaran pola makan, rendahnya daya beli serta sulitnya mengontrol produk bergizi rendah yang mendominasi pasar.
Badan Pusat Statistik Indonesia melalui Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2022 mencatat 21 juta orang di Indonesia mengalami kekurangan gizi. Sementara cacah jiwa versi Worldometer Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan jumlah penduduk Indonesia mencapai 284.005.983 jiwa, (24/09/2024).
Mengingat wilayah Indonesia terdiri atas 17.508 pulau, dihuni lebih dari 360 suku, ditengarai cakupan survey belum sepenuhnya akurat untuk merambah seluruh wilayah. Dengan asumsi tersebut maka jumlah jiwa yang mengalami gizi buruk, angkanya bisa jauh lebih tinggi. Bila saja mencapai 10 persen dari jumlah keseluruhan penduduk mengalami kekurangan gizi. Hal ini pertanda kondisi Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
Fakta tersebut menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan pada masyarakat supaya mengonsumsi makanan yang mengandung protein hewani, seperti daging, ikan, telur maupun susu.
Faedahnya, untuk mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh, terutama usia anak-anak dan remaja. Pada lini inilah keberhasilan pembangunan bangsa dan negara dipertaruhkan.
Pertumbuhan anak maupun remaja akan terhambat apabila kekurangan gizi sehingga mengalami gangguan kognitif atau kemampuan berpikir. Sedangkan pada orang dewasa, tubuhnya menjadi rentan terhadap penyakit, kelelahan kronis serta menurunnya produktivitas. Kesemuanya utu bisa menghambat pertumbuhan ekonomi maupun pembangunan sosial.
TERBANTU TRADISI
Asupan protein hewani patut dikonsumsi lantaran kaya kandungan asam amino esensial yang dibutuhkan dalam membangun dan memperbaiki jaringan otot, kulit maupun organ lainnya. Protein ini juga berperan dalam memproduksi enzim dan hormon, fungsi organ tidak terkecuali meningkatkan metabolisme dan sistem kekebalan.
Adagium mengatakan, tak ada rotan akarpun jadi. Meski belum mampu mengkonsumsi protein hewani secara ajeg, sebagian masyarakat terbantu oleh adanya tradisi ritual yang diwarnai hidangan berprotein hewani.
Sebut saja, Hari Raya Kurban, upacara Rambu Solo' di Toraja, juga masyarakat Batak Karo, Bali dan Papua selalu menyembelih babi panggang, belum lagi acara kenduri. Hingga muncul anekdot, kalau ada orang mati baru bisa perbaikan gizi.
Untuk menempuh perjalanan panjang tergantung pada langkah awal. Demikian pula dalam memperjuangan agenda besar untuk memperbaiki kesehatan masyarakat. Perlu kiranya mencermati rendahnya daya beli hingga masyarakat cenderung memilih makanan berdasarkan kemampuan tanpa mempertimbangkan kandungan protein. Realita tersebut dibaca oleh produsen makanan bergizi rendah untuk mendominasi pasar produk makanan berkualitas.
Jangan menyerah. Tugas besar Indonesia menyangkut kecukupan gizi terutama asupan protein hewani memang menghadapi banyak duri. Skema prioritas yang patut dilakukan adalah memberi edukasi secara massif dan terstruktur. Kedua, melakukan hilirisasi produk peternakan untuk meningkatkan nilai, mengembangkan aksesibilitas dan memperluas jangkauan konsumen sesuai dengan tingkat kesejahteraan.
Editor : Ali Topan