Reporter : Peni Widarti
JATIMKINI.COM, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) wilayah III mengumumkan bahwa status aktivitas Gunung Ijen telah turun dari waspada (level II) menjadi normal (level I) sejak 13 Agustus 2024.
Meski status aktivitas gunung menurun tetapi jalur pendakian Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen belum dibuka sebab masih dikaji kondisi riilnya.
Kabid KSDA Wilayah III Purwantono menjelaskan pihaknya saat ini masih mengkaji kondisi riil di lapangan dan berkoordinasi dengan PVMBG terkait risiko kondisi Gunung Ijen ke depannya, termasuk soal kontinuitas status normal aktivitas vulkanis Gunung Ijen.
"Dari PVMBG memang sudah menginformasikan bahwa status Ijen sudah turun dari level II ke level I. Tapi tidak serta merta jalur pendakian dibuka begitu status turun," katanya, Kamis (16/8/2024).
Namun begitu, berdasarkan pengalaman sebelumnya, jalur pendakian TWA Ijen akan dibuka tak lama setelah status gunung kembali normal.
"Tapi kami minta masyarakat dan wisatawan untuk menunggu pengumuman resmi dari BBKSDA Jatim," imbuhnya.
Untuk diketahui, selama hampir sebulan, gunung api yang berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso itu dalam status waspada (level II). Penurunan status itu tertuang dalam surat yang dikeluarkan Badan Geologi bernomor 1072.Lap/GL.03/BGV./2024.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Ijen Ahmad Subhan menjelaskan, penurunan status Gunung Ijen berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan pada 1-12 Agustus lalu.
Pengamatan visual menunjukkan, air kawah berwarna hijau toska. Bualan gas di tengah danau tidak terlihat. Sementara butiran belirang merica berkurang.
"Serta tidak nampak uap putih diatas permukaan danau. Hasil pengukuran suhu air kawah di permukaan 43,4°C menggunakan termokopel, sedangkan menggunakan termogun 42,2°C," katanya.
Sementara pantauan terhadap asap solfatara menunjukkan warna putih tebal dengan tekanan lemah hingga sedang, serta bau gas belerang tercium namun tidak terlalu menyengat.
Dari sisi instrumental, pada periode yang sama, terekam tujuh kali gempa hembusan, sekali tremor nonrarmonik, 60 kali gempa vulkanik dangkal, tiga kali gempa vulkanik dalam, 16 kali gempa tektonik jauh, sebelas kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 0.5-6 mm, dominan 1 mm.
Sejak 23 Juli, rentang frekuensi kegempaan mulai mengecil, dominan antara 24 Hz, ditandai oleh menurunnya kejadian atau jumlah kegempaan secara fluktuatif dan menurunnya amplitudo tremor.
Setelah 13 Juli 2024, grafik RSAM menunjukkan pola menurun yang fluktuatif dan mendekati normal.
"Nilai variasi kecepatan seismik berada pada nilai yg positif dengan fluktuasi yg besar mengindikasikan tekanan pada tubuh gunungapi sudah berkurang," imbuhnya.
Editor : Peni Widarti