Reporter : Rochman Arif
JATIMKINI.COM, Serapan garam petani tahun ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan serapan ini diharapkan mengurangi terhadap ketergantungan impor garam pada tahun 2025, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 126/2022. Di dalam perpres ini mengatur optimalisasi garam rakyat guna menunjang kebutuhan konsumsi nasional.
Sejumlah petani dan produsen garam optimistis tahun ini target produksi garam di tingkat petani bisa tercapai, kendati dibayang-bayangi badai La Nina. Parameter pendukung ambisi itu meliputi kondisi cuaca yang lebih baik, ditambah perbaikan dan peningkatan produksi garam di tingkat petani.
“Kami optimistis (produksi garam) tahun ini bisa lebih baik, karena cuaca cukup mendukung,” kata Direktur Utama PT Susanti Megah, Hermawan Santoso, selaku produsen garam asal Surbaya, di sela gathering dengan sejumlah petani garam, Kamis (15/8/2024).
Tahun ini Susanti Megah tengah mengejar target produksi dengan membeli garam petani 300 ribu ton. Sementara pembelian garam sampai Juli 2024 belum mencapai 20 persen. Adapun pembelian garam petani tahun 2023 tercapai 150 ribu ton dari target 230 ribu ton.
Hermawan tidak menampik BMKG memprediksi La Nina pada Juni-Agustus, yang bisa berdampak pada produksi garam. Terlebih badai La Nina dibarengi dengan hujan, tanah longsor, dan bencana hidrometeorologi.
“Tidak semua daerah dilanda La Nina, Madura tidak (terdampak La Nina). Kami optimis serapan garam tercapai. Selain cuaca, saat ini kami berusaha memperbaiki produksi garam (di tingkat petani) dan berusaha mengejar kinerja hingga akhir tahun,” Hermawan menambahkan.
Prioritas utama dari produsen garam yang berdiri sejak 1977 ini adalah waktu panen. Hermawan menekankan agar petani tidak buru-buru memanen. Selain itu, penggunaan geomembran tidak bisa mengoptimalkan kualitas garam, karena kandungan magnesium, kalsium, mineral, dan zat besi tidak sesuai standar.
Sementara itu, Rusdianto, petani asal Sumenep, mengakui tahun ini kerap diganggu cuaca. Di kota kelahirannya, kerap dilanda hujan yang bisa mempengaruhi produktivitas. Pada bulan Juli hingg awal Agustus, Sumenep kerap dilanda hujan. Dampaknya produksi garam menurun dibanding periode sebelum-sebelumnya.
“Kami berusaha memenuhi arahan pak Hermawan (Susanti Megah), meski agak sulit. Sebab, jika garam petani tidak terserap, impor akan terus naik,” ungkapnya.
Gathering ini melibatkan Susanti Megah, selaku produsen garam dengan lebih dari 60 petani di Choice Hotel, Surabaya. Sejumlah petani yang hadir berasal dari Indramayu (Jawa Barat), Demak (Jawa Tengah), dan puluhan petani dari empat kabupaten di Madura.
Senada dengan Hermawan, sejumlah petani lain juga berusaha menggenjot produksi di sisa akhir tahun 2024. Menurut siklus produksi garam tahun-tahun sebelumnya, produksi akan mengalami peningkatan pada periode Juli hingga Oktober.
Sementara itu, data dari Badan Meteorologi Dunia, badai La Nina di Indonesia diperkirakan melanda sejumlah seluruh kawasan Papua, sebagian Kalimantan dan Sulawesi pada Juni-September. Sedangkan Oktober-November lebih banyak melanda seluruh Papua, kawasan Utara Sumatra, sebagian Kalimantan, Jawa Barat-Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.
Editor : Rochman Arif