Reporter : Peni Widarti
JATIMKINI.COM, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat kinerja ekspor non migas dari Jawa Timur pada April 2024 mencapai US$1,74 miliar atau anjlok -29,04% dibandingkan Maret 2024 yang mencapai US$2,45 miliar.
Meski begitu, kinerja ekspor April 2024 ini masih terbilang tumbuh jika dibandingkan April tahun lalu yang hanya mencapai sebesar US$1,34 miliar.
Kepala BPS Jatim, Zulkipli menjelaskan, turunnya kinerja ekspor non migas ini juga sejalan dengan kondisi beberapa mitra dagang utama Jatim seperti Tiongkok, India dan Thailand yang mengalami penurunan nilai manufacturing (PMI).
“Sedangkan negara mitra dagang utama Jatim seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang mengalami peningkatan nilai manufacturing PMI,” katanya, Rabu (19/6/2024).
Berdasarkan sektor usaha, nilai ekspor non migas Jatim yang mengalami penurunan bulanan (m-to-m) yakni sektor pertanian turun -24,05%, industri pengolahan turun 29,16%, serta pertambangan dan lainnya turun sebesar -50,10%.
Ia memaparkan, ada 3 komoditas utama yang mengalami penurunan permintaan pasar luar negeri pada April lalu, di antaranya yakni perhiasan/permata terelasiasi US$462,2 juta atau turun tajam dibanding Maret 2024 yang mencapai US$853,42 juta.
“Kontribusi perhiasan/permata ini mencapai 26,55% dari total ekpor non migas, dengan negara tujuan utama ke Jepang (32,23%), dan Swiss (28,36%),” paparnya.
Selanjutnya, komoditas tembaga berkontribusi sebesar 9,69% terhadap total ekspor non migas, dengan nilai ekspor mencapai US$168,66 juta atau turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$185 juta. Negara tujuan utama komoditas tembaga ini adalah Vietnam (24/55%) dan Malaysia (24,52%).
“Sementara untuk komoditas kayu dan barang dari kayu berkontribusi 5,68%, dengan nilai ekspor pada April US$98,90 juta atau turun dibandingkan Maret yang mampu mencapai US$134,65 juta. Komoditas ini paling banyak dikirim ke AS (21,88%) dan Jepang (19,53%),” imbuhnya.
Adapun di sepanjang Januari - April 2024, kinerja ekspor non migas Jatim telah terealisasi sebanyak US$7,81 miliar. Ekspor barang non migas Jatim ini dikontirbusi oleh pasar Jepang senilai US$1,04 miliar, disusul AS US$1 miliar, Tiongkok US$0,90 miliar, dan Swiss US$0,69 miliar. Sedangkan negara-negara di kawasan Asean US$1,45 miliar dan Uni Eropa US$0,49 miliar.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jatim, Isdarmawan Asrikan mengatakan, meski pasar ekspor masih menghadapi tantangan geopolitik, tetapi pengusaha ekspor masih optimistis bisa mengejar pertumbuhan ekspor yang positif sampai akhir tahun nanti.
“Kita di GPEI terus berusaha untuk meningkatkan ekspor, terutama dari pelaku usaha kecil menengah agar mencari pasar non tradisional. Jadi Pasar ekspor masih menjanjikan karena negara-negara Asia yang ongkos kirimnya tidak terlalu mahal, dan di sana juga banyak diaspora dan tenaga kerja kita di luar negeri yang terbiasa pakai produk-produk Indonesia,” katanya.
Editor : Peni Widarti