x
x

Jatim Perlu Gali Pasar Baru Ekspor di Tengah Menguatnya Tekanan Geopolitik

Senin, 22 Apr 2024 18:26 WIB

Reporter : Alvian Yoananta

JATIMKINI.COM, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur menilai sektor usaha dan industri di Jatim perlu mencari pasar baru khususnya di Asia lantaran kondisi tekanan geopolitik atau perang antar negara tahun ini semakin menguat.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim, Erwin Gunawan Hutapea mengatakan 2024 menjadi tahun yang lebih challenging atau menantang lantaran dunia diperhadapkan dengan tekanan geopolitik seperti perang antara Rusia - Ukraina, Israel - Palestina, Iran - Israel, termasuk perang dagang China - Amerika Serikat yang tak kunjung turun.

“Geopolitik kok bukannya membaik dari 2023, tp kelihatan tanda tensinya meninggi. Rusia - Ukraina belum selesai, Israel - Palestina tidak ada tanda-tanda selesai, lalu krisis Laut Merah tentunya ini berimplikasi terhadap perdagangan internasional, ongkos transportasi akan lebih mahal karena shippingnya berputar,” jelasnya dalam Media Briefing Penguatan Sinergi untuk menjaga Stabilitas dan Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Jatim, Senin (22/4/2024).

Kondisi tersebut, lanjutnya, tentu akan memberikan tantangan terhadap perekonomian Indonesia terutama dari sisi kinerja ekspor yang selama ini menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi.

“Kondisi global yang melambat ini tentunya akan menimbulkan tekanan, di Jatim sedikit banyak juga didukung oleh kinerja ekspor. Untuk itu yang perlu kita lakukan tentu mencari pasar-pasar baru, dengan lebih mendorong strategi pemasaran khususnya di Asean,” ujarnya.

Sementara itu, kata Erwin, konflik antara Iran - Israel juga dapat menimbulkan persoalan harga energi mengingat Iran, termasuk Irak merupakan salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia. 

“Kalau persoalan energi merambah naik, tentu akan berimplikasi pada harga BBM di dalam negeri. Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama,” imbuhnya.

Erwin menambahkan, meski kondisi global sangat menantang tetapi Indonesia, termasuk Jatim memiliki kekuatan lain yang bisa dioptimalkan yakni sektor konsumsi baik konsumsi rumah tangga, pemerintah maupun Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT).

Selain itu, menurutnya, gelaran pemilihan umum presiden, legislatif yang telah berlangsung serta pemilu kepala daerah pada November mendatang sedikit banyak akan memberikan dorongan konsumsi dengan harapan stabilitas harga atau inflasi bisa terkendali.

“Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Jatim pada kuartal I/2024 ini akan lebih lebih baik dibandingkan kuartal IV/2023. Dengan kondisi global yang kelihatannya masih cukup menantang, kita akan bergantung pada permintaan dalam negeri khususnya konsumsi rumah tangga,” kata Erwin.

Ditambah lagi, tambah Erwin, masih terus berlangsungnya proyek Proyek Strategis Nasional (PSN) yang akan jadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. BI pun memperkirakan ekonomi Jatim di tahun ini masih akan tumbuh sesuai target antara 4,7% hingga 5,5%, dengan tren inflasi yang cenderung sedikit lebih tinggi tetapi masih dalam rentang 2,5% +- 1%.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, kinerja ekspor Jatim pada Februari 2024 mulai mengalami penurunan secara bulanan. Pada Februari, ekspor non migas tercatat sebesar US$1,72 miliar turun dibandingkan Januari 2024 yakni US$1,90 miliar.

Kepala BPS Jatim, Zulkipli mengatakan nilai ekspor non migas turun secara bulanan, begitu pula pada emua sektor. Tercatat kinerja selama Februari 2024 untuk sektor pertanian sebesar US$0,07 miliar turun -9,67%, ekspor industri pengolahan US$1,64 milair turun -9,79%, serta sektor pertambangan dan lainnya turun -23,14%.

“Golongan barang utama yang masih menjadi primadona pasar ekspor dari Jatim yakni perhiasan/permata, tembaga, kayu dan barang dari kayu,” katanya.

Adapun selama Januari - Februari 2024, pangsa ekspor non migas Jatim telah dikontribusi oleh Amerika US$0,53 miliar, Tiongkok US$0,45 miliar, Jepang US$0,45 miliar, Malaysia US$0,22 miliar, serta sejumlah negara di Asean US$0,71 miliar dan Uni Eropa US$0,25 miliar.

 

 

Editor : Peni Widarti

LAINNYA