x
x

Wayang Jek Dong Ikut Andil Meriahkan HUT Sidoarjo Ke 169

Jumat, 02 Feb 2024 19:37 WIB

Reporter : Rokimdakas

JATIMKINI.COM, Januari merupakan hari istimewa bagi Kota Sidoarjo karena pada tanggal 31 kota tersebut diresmikan pendiriannya. Untuk menandai perayaan hari jadi ke-169, Pemkab Sidoarjo nanggap wayang kulit gaya Porongan didalangi Yohan Susilo. Lakon yang disajikan adalah Gatotkaca Dadi Ratu pada Sabtu, 3 Februari 2024, malam bertempat di alun-alun.

Lakon Gatotkaca Dadi Ratu, menurut Yohan, bukan permintaan dari Pemkab Sidoarjo.

"Saya hanya diberi pesan supaya membuat cerita seorang tokoh muda yang cerdas kemudian saya putuskan Gatutkaca ," terang Yohan yang juga pengajar Bahasa Daerah di Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sejak 2001.

Dalang Yohan Susilo ikut meriahkan HUT Sidoarjo
"Dalang Yohan Susilo ikut meriahkan HUT Sidoarjo"

"Saya akan tampil maksimal dengan mengerahkan segala kreativitas," kata Ki Yohan yang mengaku terus berproses, melakukan pembaruan pada setiap pertunjukan. Stilisasi permainannya mengusung gaya Porongan yang populer dengan sebutan wayang Jek Dong atau wayang Jawa Timuran. Pertunjukan di alun-alun Kota Sidoarjo tersebut juga ditayangan secara streaming di kanal Youtube Yohan Susilo

Tentang upayanya menjadi ratu, Yohan menjelaskan ringkasan ceritanya, Gatotkaca menghadapi banyak kendala dari lingkungan keluarganya, yakni dari Braja Denta maupun dari saudara tua, Antareja dan Antasena.

Antareja dihasut oleh Sengkuni untuk memengaruhi sepak terjang Gatotkaca agar gagal menjadi ratu. Namun upaya Antareja gagal saat dia sadar bahwa dirinya telah kerasukan energi negatif. Gatotkaca akhirnya memberi ampunan maaf pada Antareja, hingga dirinya melenggang sebagai ratu Pringgodani.

SEJARAH SIDOARJO
Sejarah berdirinya Kota Sidoarjo memiliki catatan panjang. Pada zaman kerajaan, pada tahun 1019-1042, Sidoarjo merupakan daerah kekuasaan kerjaan Kahuripan salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Saat itu dipimpin oleh Raja Airlangga, pada masa akhir pemerintahannya membagi dua kekuasaan untuk kedua putranya.

Dua kerajaan baru tersebut untuk bagian barat disebut Kadiri berpusat di kota baru, yaitu Daha, diperintah oleh Sri Samarawijaya. Sedangkan kerajaan timur disebut Janggala (Jenggolo) yaitu Kahuripan. Jenggolo berdiri pada tahun 1042 terletak di kawasan Delta Brantas beribukota di seputar Kecamatan Gedangan (Sidoarjo) dipimpin oleh Mapanji Garasakan.

Pada zaman penjajahan tahun 1060, kerajaan berubah menjadi negara Jawa Timur dan Surabaya menjadi ibukota sekaligus pemerintahan kabupaten sebagai negara boneka di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.

Dalam perjalanan waktu, tepatnya pada tahun 1859, Pemerintah Hindia Belanda membagi Kabupaten Surabaya menjadi dua wilayah pemerintahan yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare. Pembagian wilayah itu diputuskan dalam surat No.9/1859 pada tanggal 31 Januari 1859. Nama Sidokare lantas diubah menjadi Sidoarjo.

Pada tanggal 30 November 1961, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1961, Kabupaten Surabaya dimekarkan menjadi beberapa wilayah termasuk Sidoarjo. Sejak saat itu, kawasan tersebut resmi menjadi Kabupaten Sidoarjo.

Editor : Ali Topan

LAINNYA