x
x

Tuhan, Izinkan Saya Berbuat Dosa

Senin, 18 Des 2023 16:25 WIB

Reporter : Rokimdakas

Peluang hidup bagi wong ndeso ketika memandang kota  memang menjanjikan. Kota bagai kunang-kunang berpendar di tengah kegelaparan, berkilau di tengah rumitnya kenyataan hidup.  Rame-rame desa ditinggalkan menuju  tanah harapan.

Apapun yang dijual di kota menemukan pasar, sampai-sampai cuma modal sempritan bisa nggembol uang. Penghasilan "pulisi cepekan" di prapatan ngalah-ngalahi wong kantoran. Kalo beli-beli nggak pernah nyicil langsung cash. Ada motor model anyar nggak pakai nawar.  Sementara wong kantoran masih harus disurvey bolak-balik saat mengajukan kredit ke leasing, percaya apa enggak?

Coba kalau di desa, niup sempritan di tengah perempatan malah dikira memedi sawah. Bukan hanya manuk emprit yang ngacir tapi kembang kampung bisa sipat kuping, tunggang langgang nggelundhung tengah galengan, saking apanya. Tapi di kota?

Dakir membaca papan tanpa tulisan di prapatan sebrang warung juragannya. Tiap bakdo Magrib gerombolan pulisi cepek yang aroma bajunya sengak oleh keringat jalanan menukarkan uang receh sak tas kresek.

Dakir cuma cengar-cengir melihat adegan itu lalu ndleming, "Tuhan, izinkan saya berbuat dosa ya. Saya ingin menolak takdir Panjenengan." Yang disapa mesem,  ngempet tertawa kuatir Dakir tersinggung lalu menganggapNya tidak bisa menunjukkan kasih sayang  pada hambaNya. "Maumu apa Kir?" tuturNya pada hatinya hati wong ndeso yang sedang asik omong-omongan sama sing ngemong awake. Sang Pengasuh diri Dakir.

Dakir : Begini lho Gusti, saya ini urban pingin ngubah nasib di kota ...
Tuhan : Gak usah bertele-tele.
Dakir : Gimana se, Saiya kan kudu menjelaskan ...


Tuhan : Aku ini Maha Tahu Kir. Gak perlu dijelaskan sudah tau.
Dakir : Kalo sudah tau kenapa nggak mengubah nasib saya sekaya konglomerat. Nanti kan bisa menolong konco-konco yang melarat?


Tuhan : Apa gunanya aku memberi hak otonom?

Ndhase Dakir mulai anget karena merasa harus berpikir,  menyimak penuturan Tuhan lalu nyumet rokok klobote. Pada hisapan kedua dia nyeruput kopi. Sementara juragane sedang omong-omongan sama langganane. Dakir ndempis di pojokan warung.

Dakir : Otonom apaan Gusti?
Tuhan : Aku kan sudah bilang; Tidak berubah nasib seseorang bila orangnya sendiri tidak mengubahnya.
Dakir : Mosok Panjenengan nggak mendengarkan doa saya? Katanya Maha Tau?


Tuhan : Ya dengar lah ... Berdoa itu pakai keringat Kir, jangan cuma ngudal kata-kata, iku mainannya anak-anak TK. Apa kamu masih Taman Kanan Kanak?

Dakir : Kalo berdoa dengan keringat ya tiap hari saya lakukan sambil nggosok wajan, ngulek bumbu atau apa.


Tuhan : Jadi orang itu yang sadar pada ukuran sendiri. Meminta sesuatu yang belum pernah membuat  jejak itu seperti membajak batu. Nggak akan tumbuh sesuatu. Itu pentingnya membuat titik terus menerus hingga menjadi garis. Ya itu ginarismu.

Dakir : Saya ini nggak minta yang muluk-muluk Gusti, asal cukup sudah.
Tuhan : Orang itu kalau merasa cukup akan terus Aku cukupi. Kalau merasa kurang akan Aku kurangi. Paham?
Dakir : Delapan enam Gusti.

Suara Dakir terdengar orang yang sedang berbincang sama juragane, "Iku kode terakhir ta Kir?" Perenungan Dakir buyar ...

Dakir : Kode apa bro?
Orang : Delapan enam. Kok cuma dua angka?
Juragan : Ampat angka gitu lho, pasang Hongkongan ta Singapuran bisa kelar masalahmu ...
Dakir : Delapan enam enam sembilan.

Orang : Kok enam sembilan barang? Gak mesisan BDSM ta?
Dakir : Apa BDSM?
Orang : Bandha Dhuwik Sebagai Mahar.


Dakir : Mau ngawini siapa?
Orang : Nunggu rondoe koncoku ...
Dakir : Mulane koncomu mbok arep-arep matek !!

Wuakakakkkk ...

Ditulis oleh : Rokimdakas

Jurnalis Senior  / Penulis Lepas tinggal di Surabaya

Kanal Podium adalah halaman khusus layanan masyarakat untuk menulis berita lepas

Redaksi Jatimkini tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut

Editor : Redaksi

LAINNYA