x
x

Tradisi Kita Modal ke Global

Jumat, 15 Des 2023 16:10 WIB

Reporter : Rokimdakas

JATIMKINI.COM, Setiap ketemu Jabo satu hal yang tak pernah saya lewatkan adalah mengail pikirannya untuk dijadikan tulisan bagus. Apakah tulisan itu mempengaruhi orang lain atau tidak, saya tidak berpikir sejauh itu. Hanya saja saya mengimani bahwa kebaikan akan mengembang dengan caranya sendiri. Setidaknya saya berusaha menjumput nilai pada setiap pertemuan agung dengan konco lawas yang tumbuh berkembang di kampung Ampel Surabaya, ini.

Selasa, 14 Nopember 2023 lalu, Jabo bersama grupnya Sirkus Barrock manggung di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jatim, Jl. Gentengkali 35 Surabaya. Konon pergelaran ini sebagai hadiah buat Sawung Jabo. Saya pun memberi kado kecil dari serpihan dialog bareng Jabo.

Kim : Kesadaran apakah yang perlu ditumbuhkan pada musisi Indonesia agar bisa menemukan peluang memasuki pasar global?

Jabo : Singkat saja jawabannya, kembalilah ke tradisi. Kesenian apapun jangan melupakan tradisi sebagai sumber garapan.
Kim : Bener singkat tapi tidak semudah itu Bo?

Jabo : Tumbuhnya suatu kesadaran bilamana kita mengambil jarak, baik sengaja maupun tidak. Kebetulan saya berkembang dalam lingkungan Bengkel Teater asuhan Rendra di Jogja yang memberi perhatian penuh pada kekayaan tradisi sebagai media eksplorasi berkesenian, khususnya teater.

Nah, ketika saya berdomisili di Australia bersama keluarga, serasa sedang ngawang di suatu planet, terlihat kekayaan tradisi Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah. Bukan main ragam kekayaan itu. Bila melihat Australia, hanya etnis Aborigin yang memiliki. Artinya hanya ada satu akar tradisi di sana tapi Indonesia? Benar-benar dipadati oleh keagungan etnik.

Kim : Artinya musisi kita kurang piknik?
Jabo : Guyonane ngono. Semakin sering piknik membuat kekayaan visual kita bertambah sekaligus menyadari adanya kekayaan budaya kita sendiri. Namun dengan adanya medsos seharusnya bisa menimba pengetauan tradisi yang ada kemudian diambil saripatinya. Jadi bukan dalam arti tradisi an sich.

Kim : Seperti sawang sinawang ya. Musisi kita justru memandang genre musik barat sebagai barometer untuk bisa eksis di altar dunia, bukan hanya sisi estetik tetapi juga market.

Jabo : Teman, lingkungan dan literasi yang membentuk daya pandang selain hidayah atau pencerahan pribadi dari kesemestaan atas spiritnya mengembangkan diri. Unsur-unsur penting tersebut yang membentuk eksistensi seseorang.

Kim : Kembali pada kesadaran eksplorasi tradisi. Etnik Jawa, Sunda serta Bali dipandang lebih seksi oleh kalangan musisi

Jabo : Itu karena popularitas semata namun jika kita cermati bagaimana kekuatan etnik Batak, Dayak, Papua, NTT, Minahasa, Minang juga seabreg daerah lainnya, tidak bisa diremehkan keunikannya. Itu harta karun yang bisa diolah oleh musisi kita jika ingin memiliki karakteristik kekaryaan. Tanpa mengolah sumber tradisi musisi kita sulit mencuri perhatian publik dunia.

Kim : Sebegitu meyakinkan?
Jabo : Saya sangat yakin itu. Kalau musisi kita hanya mengandalkan rock, blues, jazz ... Ya dilepeh sama mereka. Wong sejak lahir mereka sudah kenyang makan musik seperti itu. Namun jika rock, blues atau apapun musik manca dipadu dengan etnik kita pasti akan lain. Di situ karakteristik karya musisi Indonesia bisa dibaca secara jelas akar budayanya tempat bumi dia dilahirkan.

Ditulis oleh : Rokimdakas

Editor : Ali Topan

LAINNYA