JATIMKINI.COM, Wisatawan berdatangan saat hari masih pagi di sudut Gang IV Kayutangan, Kota Malang, Jawa Timur. Ibu Sri dan Ibu Astufa menyapa ramah mereka yang datang. Keduanya menyambut tamu seperti sanak saudara sembari berjualan makanan dan wedang kopi. Senyum, sapa dan salam memberikan rasa nyaman kepada wisatawan sebagai bentuk kesantunan.
Setidaknya 700 pengunjung per hari memasuki kampung yang menonjolkan heritage. Jumlah wisatawan bisa mencapai 1.500 orang saat akhir pekan. Pengunjung paling ramai pada malam hari. Mereka berkunjung melalui pintu masuk Klaster Banjoe Biroe, Klaster Klodjen Ledok, Klaster Taloen, Klaster Latar Ombo, Klaster Semeru, Klaster Mergi Lepen dan Klaster Wak Nap.
Pariwisata membawa berkah bagi pelaku UMKM. Warga merasakan tambahan pendapatan dari berjualan makanan dan minuman. Rezeki mengalir dari banyaknya wisatawan yang berbelanja. Suasana kampung yang dulunya terbilang biasa saja seperti kampung lainnya, kini tumbuh atraktif. Hasil pembangunan sudah memberikan manfaat dari kebijakan tepat the Future of Malang. Kemajuan penataan kota terbukti menumbuhkan perekonomian. Penerapan program Malang City of Heritage berada di jalurnya sesuai aturan dan diterima semua pihak. Pencapaian kinerja menyatu dengan program Malang Creative, Malang Service, Malang 4.0, Malang Halal dan Malang Nyaman.
Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang mengatakan kampung tematik muncul atas inisiatif warga, pemerintah dan perguruan tinggi. Memang, semula dimotivasi melalui lomba perencanaan kampung pada 2016 oleh Bappeda Kota Malang bekerja sama dengan Institut Teknologi Nasional Malang. Sebanyak 72 kampung mengikuti lomba hingga memunculkan para aktor pegiat kampung.
"Dampak dari lomba akhirnya bermunculan kampung-kampung tematik yang diinisiasi oleh warga sendiri," tutur Ki Demang, Selasa (5/9).
Ketua Kelompok Sadar Wisata Kampung Kayutangan Mila Kurniawati menyatakan langkah awal membangun kampung, yakni menyatukan visi warga sampai akhirnya bersepakat mengembangkan heritage. Prosesnya melalui dialog dan pendekatan di forum rapat RT/RW. Upaya membangun kesadaran secara kontinu meski ada saja perbedaan pendapat. Pegiat kampung mendata sekitar 38 rumah yang bangunannya bergaya heritage dari ratusan bangunan.
"Langkah awal, visi yang sama. Warga Kayutangan sepakat heritage. Lantas tumbuh kesadaran kolektif. Proses penyadaran perlu waktu cukup lama guna mengenal karakter masyarakat dengan cara rutin mendatangi kegiatan PKK dan rapat RT/RW," katanya.
Inisiatif membangun kampung muncul dari warga dengan menata wilayah. Warga berpartisipasi merencanakan pembangunan hingga berkembang seperti sekarang ini. Kemauan kuat itu dilakukan secara bersama dengan dukungan Pemkot Malang melibatkan stakeholder termasuk di dalamnya perguruan tinggi wujud dari penerapan konsep smart city. "Smart city itu mengedepankan peran aktif warga, partisipasi warga tumbuh membangun kampung," imbuhnya.
Pokdarwis sekarang fokus menata areal dalam kampung karena jumlah pengunjung semakin meningkat. Ia menjelaskan Anugerah 75 Desa Wisata Indonesia terpilih 2023 turut meningkatkan pamor kampung Kayutangan sehingga mendongkrak jumlah pengunjung semula 700 orang per hari menjadi 1.500 orang per hari. Kendati sudah berkembang menjadi destinasi pariwisata, Kayutangan tetaplah kampung lengkap dengan kehidupan warganya yang rukun seperti kampung lainnya. Karena itu, wisatawan diminta memahami tata krama ketika berkunjung.
Saat ini, Pokdarwis juga menata UMKM karena warga mulai menangkap peluang sektor pariwisata. Di Kayutangan ada sekitar 100 UMKM yang sudah melek digital, terbanyak usaha kuliner selain suvenir, lampu hias, lukisan, bakiak, batik dan kaos. Pokdarwis bersama Diskopindag dan Disporapar melakukan pendampingan terkait digital marketing, promosi dan pelatihan. Penataan lainnya revitalisasi pasar krempyeng, penginapan, dan perlunya toilet umum di koridor luar. Kini, Kayutangan heritage hadir menjadi kekuatan baru pariwisata unggulan nasional yang manfaatnya sudah memberikan berkah bagi warga.
Editor : Redaksi