Reporter : Alvian Yoananta
JATIMKINI.COM, Pengembangan korporatisasi usaha mikro kecil menengah (UMKM) dinilai dapat menjadi salah satu upaya untuk mendorong penyaluran pembiayaan UMKM sekaligus pertumbuhan ekonomi.
Advisor BI Jatim, Muslimin Anwar mengatakan, Indonesia mempunyai potensi basis ekonomi nasional yang kuat karena jumlah UMKM terutama usaha mikro yang sangat banyak dan daya serap tenaga kerja sangat besar.
“Pada 2022 UMKM di Jatim berkontribusi sebesar Rp1.034,31 triliun atau sekitar 58,4 persen terhadap PDRB. Sementara dari sisi penyerapan tenaga kerja sebesar 13,80 juta orang di Jatim. Tiap tahunnya sektor ini memberi kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi dan pengurangan jumlah pengangguran,” jelasnya dalam Focuss Group Discussion dengan tajuk ‘Peran Bank Indonesia Dalam Mendorong Pengembangan UMKM’, Selasa (12/9/2023).
Untuk itu, lanjutnya, BI berupaya menyiapkan berbagai strategi, salah satunya melalui upaya korporatisasi UMKM yakni dengan membentuk klaster-klaster binaan baru melalui penguatan kelembagaan, di antaranya seperti klaster cabai rawit di Tuban dan klaster bawang merah di Pamekasan.
“Dalam pengembangan klaster ini, BI memberikan pelatihan, pendampingan bantuan teknis dari sisi hulu dan hilir dengan target peningkatan produktivitas, penguatan kelembagaan dan perluasan pemasaran,” jelasnya.
Muslimin menjelaskan, dalam pelaksanaan kajian klaster pangan ini, BI menggandeng IPB pada komoditas ayam petelur di Kabupaten Mojokerto, jagung di Tuban, sapi potong di Bojonegoro, beras di Lamongan dan kedelai di Pamekasan.
Penguatan kemitraan melalui akses pasar juga dilakukan BI untuk mendukung UMKM di sektor komoditas kopi dari hulu - hilir. Beberapa UMKM kopi yang sudah berhasil di antaranya ekspor kopi excelsa Wonosalam ke Malaysia sebanyak 12 ton pada 2022, serta lolos kurasi pameran World Speciality Coffee Conference and Exhibition.
“Tidak kalah penting, kami mendorong penerapan digital farming. Ini sudah kami lakukan di pengembangan klaster padi organik Brenjonk Mojokertodari sisi hulu dengan penggunaan drone pada pemupukan yang terbukti berhasil menurunkan biaya produksi sebesar 8 persen,” imbuhnya.
Namun begitu, tambah Muslimin, pengembangan UMKM masih memiliki tantangan antara lain terbatasnya akses pembiayaan, korporatisasi/kelembagaan, dan kapasitas yang turut berdampak pada terbatasnya kesiapan digital dan akses pemasaran.
BI Jatim mencatat, penyaluran pembiayaan UMKM di Jatim tahun ini mengalami peningkatan dibandingkan non-UMKM, tetapi ada risiko kredit UMKM yang masih perlu mendapat perhatian.
Sementara itu Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim dalam kesempatan tersebut mengatakan, sampai saat ini sektor UMKM masih mengalami sedikit ketimpangan perhatian dari pemangku kebijakan terutama dalam porsi kredit dibanding dengan korporasi besar.
Di antara negara-negara tetangga lainnya, penyaluran kredit UMKM Di Indonesia Masih sangat rendah, sekitar 20-21 persen dari total pembiayaan perbankan. Jauh lebih rendah dibandingkan Singapura 39 persen, Thailand 50 persen, Malaysia 51 persen, Jepang 66 persen,korsel 81 persen dan Australia 29 persen. Ia berharap pihak terkait bisa meniru Korea Dalam membesarkan industri kecil dan kreatif di negaranya.
"Korea berhasil menjadikan industri kecil menengah dan industri kreatif sebagai backbone perekonomian negaranya. Beberapa strategi yang mereka jalankan yaitu Smart SME's, K brand, Inclusive companies program dan global colaboration. Keempat strategi itu membuat UMKM Korea lebih kuat," pungkasnya.
Editor : Ali Topan