x
x

Profesor ITS Sulap Biomassa Jadi Komponen Sel Surya

Senin, 10 Jul 2023 08:00 WIB

JatimKini

Guru Besar dari Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Drs Darminto MSc dan kelompok risetnya berhasil melakukan fabrikasi komponen semikonduktor sel surya dengan memanfaatkan biomassa.

Hal ini sejalan dengan masifnya pengembangan energi yang berkelanjutan, terbarukan, dan ramah lingkungan.

Darminto menjelaskan, karbon amorf merupakan material semikonduktor pada sel surya yang berfungsi sebagai komponen pengubah energi matahari menjadi arus listrik. Pada umumnya, material tersebut tersusun oleh grafit yang merupakan produk pertambangan, sehingga ketersediaannya terbatas.

Dengan demikian, perlu adanya karbon amorf berbasis grafena dengan memanfaatkan sumber daya terbarukan. Nah salah satu alternatif tersebut yakni memanfaatkan biomassa atau bahan organik tumbuhan, katanya

Darminto menerangkan, inovasi ini memanfaatkan nira dari pohon lontar yang dikonversi menjadi serbuk karbon. Kemudian, serbuk karbon dilarutkan dan dibentuk menjadi sebuah lapisan tipis.

Lapisan tipis itulah yang disebut karbon amorf berbasis grafena, katanya.

Dia menjelaskan, karbon amorf berbasis grafena memiliki beberapa keunggulan seperti bahan baku ramah lingkungan, harga bahan baku yang lebih terjangkau, serta proses pengolahan yang lebih sederhana.

Pada implementasinya, karbon amorf berbasis grafena ini juga diterapkan dalam berbagai aspek teknologi seperti superkapasitor, bahan elektroda baterai, komponen berbagai sensor, dan pelapis antiradar.

Perangkat karbon amorf berbahan biomassa gagasan Darminto dan tim tersebut kini sedang dalam tahap pengembangan lebih lanjut. Pria asal Tulungagung ini mengungkapkan bahwa nilai efisiensi sel fotovoltaik atau sel surya yang dihasilkan masih dalam angka 0,1 persen, terpaut jauh dengan bahan amorf jenis silikon yang sudah mencapai di atas 10 persen.

Hal ini menjadi tantangan besar dalam meningkatkan nilai efisiensi karbon amorf, ungkapnya.

Darminto menyampaikan inovasi karbon amorf berbasis grafena tersebut menjadi makalah dalam sebuah jurnal internasional. Ia pun optimistis bahwa nilai efisiensi yang dihasilkan pada karbon amorf berbasis grafena ini sangat berpotensi ditingkatkan agar setara dengan sel surya yang ada di pasaran.

Keterbatasan fasilitas di Indonesia menjadi kendala kami, sehingga perlu bantuan mitra dari luar Indonesia, imbuhnya.

Melalui program Matching Fund Kedaireka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) 2023, inovasi gagasan dosen berkacamata ini sedang giat dikembangkan untuk produksi mikro material biografena dengan mitra perusahaan swasta. Darminto berharap, karbon amorf berbasis grafena ini dapat diproduksi secara massal dan diimplementasikan pada berbagai aplikasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari. (R1)

Editor : Redaksi

LAINNYA