x
x

Kala Difabel Kunjungi Museum Mpu Purwa

Minggu, 18 Jun 2023 19:35 WIB

Reporter : Bagus Suryo

Betapa gembiranya para penyandang disabilitas saat diajak mengunjungi Museum Mpu Purwa, Kota Malang, Jawa Timur. Kunjungan untuk belajar sejarah itu menandai peringatan Hari Museum Internasional.

Para difabel ingin mengetahui sejarah Kota Malang dengan dipandu Sejarawan dari Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono, Sabtu (20/5). Kunjungan itu pun mengungkap fakta, bahwa Museum Mpu Purwa belum ramah bagi penyandang disabilitas.

"Museum ini tidak ramah bagi penyandang disabilitas. Fasilitasnya tidak memadai bagi tunanetra," tegas Dwi Cahyono usai melakukan pemanduan.

Menurut Dwi, museum berlantai dua itu sama sekali tak ada faailitas yang memudahkan difabel terutama mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Jangankan huruf braille dan juru bahasa isyarat yang memberikan layanan bagi difabel, bahkan seluruh areal museum tak terdapat guiding block bagi disabilitas tunanetra.

"Seharusnya museum yang terbuka untuk umum itu ada huruf braille dan juru bahasa isyarat selain fasilitas lain yang ramah bagi difabel," katanya.

Kendati dengan keterbatasan, sebanyak 16 difabel mengikuti kunjungan ke museum ini sampai selesai dengan sukacita. Mereka di antaranya Muhammad Hasanudin disapa Achan, difabel tuli. Qodarul Irma Yulia, difabel wicara. Muhammad Kaafi, difabel mental. Jovan, difabel autisme. Fransisco, difabel autisme. Juan Vincent, difabel autisme dan Viktor, difabel tuli.

Kunjungan ini untuk kali pertama. Mereka antusias berdialog dan menanyakan berbagai hal tentang sejarah didampingi juru bahasa isyarat Widi Sugiarti dan Fuji Rahayu dari Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) dan Panti Karya Asih.

Dwi yang mengaku baru pertama kali memandu difabel secara perlahan menyampaikan materi sampai mereka bisa menyerap yang disampaikan.

"Pemanduan memang harus telaten dengan penyampaian yang mudah dicerna dan istilah sederhana," ucapnya.

Materi dibuka sejak di pintu masuk museum. Ada dua Makara sebagai benda purbakala pelengkap candi Buddha. Benda purbakala itu ditemukan dari sebuah punden di Kelurahan Merjosari, Kota Malang.

Di dalam museum, Dwi menerangkan semua arca dan prasasti. Ada prasasti yang menjadi masterpiece yang menceritakan Kota Malang masa klasik atau masa Kerajaan Hindu Buddha. Prasasti itu pula koleksi langka dan satu-satunya di dunia, di antaranya Prasasti Kanuruhan, Prasasti Muncang dan Prasasti Dinoyo 2.

Menurut Dwi, peran difabel sudah ada sejak sejarah keraton masa lalu. "Difabel tergambar di relief dan tertulis dalam kesusastraan. Misalnya, ada istilah bisu, tuli, budek, pincang. Lalu ada nama Joko Budek," imbuhnya.

Ketua Yayasan Linksos Indonesia, Kertaningtyas mengatakan pentingnya mengajak difabel mengunjungi museum karena mereka pendaki gunung.

Saat mendaki Gunung Arjuno kerap menemui benda-benda purbakala. Karena itu, edukasi diperlukan agar mereka bisa turut menjaga benda purbakala saat beraktivitas mendaki gunung.

Editor : Redaksi

LAINNYA