x
x

Peran Masjid Era Milenial

Minggu, 18 Jun 2023 18:57 WIB

JatimKini

Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur, melatih para takmir masjid agar melek digital. Mereka dilatih untuk bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi digital saat ini.

Bimbingan teknis (bimtek) oleh Bagian Kesra dan Kemasyarakatan Pemkot Malang itu bekerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) bertujuan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.

"Digitalisasi nanti pengembangannya dengan Kominfo yang berfungsi menyaring informasi," tegas Wali Kota Malang Sutiaji usai menutup pendidikan dan digitalisasi masjid sebagai pusat dakwah dan sosial ekonomi, Rabu (10/5).

Secara teknis, lanjutnya, digitalisasi masjid tersentral dan terhubung dengan Kominfo dalam hal informasi dan komunikasi. Dengan demikian, jangkauan informasi kegiatan masjid nantinya akan semakin luas.

"Yang menikmati dakwah atau objek dahwah itu kan bukan hanya jemaah di masjid. Tetapi jangkauannya lebih luas bila sudah berbasis digital," katanya.

Karena itu, mereka dilatih digital meliputi mendaftarkan masjid di Google Maps, membuat medsos dan web. Di Kota Malang, ada 704 masjid.

Selain melek digital, para takmir juga harus tertib administrasi. Dalam artian bisa menyeimbangkan ibadah agar selamat dunia dan akhirat sekaligus menyejahterakan masyarakat di sekeliling masjid.

"Tertib administrasi itu yang bisa menciptakan dan membawa jemaahnya assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat dunia dan akhirat, menyejahterakan masyarakat sekelilingnya," ucapnya.

Implementasinya dengan membangun kesehatan jasmani dan rohani. Dalam konteks ini, instrumennya menyeluruh termasuk sehat secara ekonomi.

Selain itu, takmir didorong tertib administrasi dengan segera mengurus sertifikat aset masjid. Status masjid pun diperjelas sehingga fungsinya untuk ibadah juga penguatan literasi, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan ekonomi dan edukasi.

Di sisi lain, regenerasi takmir diperlukan sehingga pengurus bukan saja berusia tua, melainkan kedepan agar lebih banyak yang berusia muda.

"Yang sepuh mengawasi," pungkasnya.

Sutiaji menekankan masjid bukan tempat kampanye politik. Para takmir diminta peka terhadap perkembangan terkini mengingat memasuki tahun politik. Karena itu, ia menitipkan pesan kepada para takmir.

"Pesan menjelang pemilu, jangan sampai masjid menjadi mimbar untuk kampanye kepentingan politik," ucapnya.

Para takmir seyogianya turut mengontrol sehingga fungsi masjid tetap untuk ibadah dalam menebar kebaikan, yakni literasi dan pemberdayaan masyarakat.

Masjid jangan sampai digunakan untuk kampanye yang mengarahkan jemaah memilih partai dan calon tertentu baik pilpres maupun pemilu legislatif. Apalagi menyalahkan orang lain dan pemerintah di masjid. Takmir juga harus mengontrol adanya selebaran kampanye.

"Bila satu selebaran dibiarkan masuk, yang lain akan ikut-ikutan," imbuhnya.

Peran masjid

Saat ini perkembangan regional, nasional dan nasional mengalami perubahan. Digitalisasi semakin dibutuhkan setelah pandemi melanda. Untuk itu, takmir harus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. Termasuk peka terhadap kemajuan zaman sejalan dengan canggihnya teknologi informasi. Namun, manajemen juga penting guna menata aset masjid, administrasi dan keuangan.

"Takmir jangan banyak-banyakan saldo, itu duitnya umat, harus dimanfaatkan untuk umat," ujarnya.

Terkait hal itu, Pemkot Malang akan membantu menata manajemen masjid sehingga lembaga pendidikannya berkembang. Termasuk memperkuat untuk pemberdayaan masyarakat. Masjid yang memiliki teknologi digital, lanjutnya, harus dibarengi dengan tertib administrasi.

"Manajemen masjid nanti ditata, ada TPA, TPQ dan diniyah. Saya titip, tolong ikut memberantas rentenir. Gerakan itu basisnya dari masjid. Ayo bersama-sama. Ada banyak warga yang terjerat hutang, sehingga kita bersama-sama memakmurkan masjid," pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Bagian Kesra dan Kemasyarakatan Setda Kota Malang, Drs. R. Achmad Mabrur mengatakan takmir masjid agar menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Masjid sebagai pusat dakwah dan ibadah didorong melek digital. Dengan demikian, segala informasi kegiatan bisa disebarluaskan melalui medsos maupun web masing-masing dari sebelumnya hanya terbatas di web DMI.

"Harapan melatih 100 takmir bisa menularkan ke yang lain. Yang takmir berusia muda mengelola teknologinya, dan takmir sepuh mengawasi dan mendampingi," katanya.

Editor : Redaksi

LAINNYA