x
x

Perbankan Indonesia Stabil dan Resilien, OJK Beri Catatan Begini

Rabu, 08 Jan 2025 09:12 WIB

Reporter : Rochman Arif

JATIMKINI.COM, Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2 Januari 2025 menyatakan bahwa stabilitas sektor perbankan Indonesia tetap terjaga. Meskipun dihdapkan pada dinamika perekonomian global dan domestik.

Secara global, pemulihan ekonomi masih terbatas dengan banyak negara yang hasil data ekonominya di bawah ekspektasi, sementara inflasi tetap tinggi. Hal ini membuat kebijakan bank sentral global menjadi lebih hati-hati, meskipun beberapa di antaranya sudah menurunkan suku bunga dalam dua bulan terakhir.

Amerika Serikat contohnya. Meski inflasi tetap tinggi, ekonomi dan data ketenagakerjaan menunjukkan pertumbuhan yang solid. The Fed (Bank Sentral AS) memangkas suku bunga acuan 25 bps pada Desember 2024.

China menunjukkan pemulihan sisi supply namun permintaan masih rendah. Data Consumer Price Index (CPI) menunjukkan disinflasi dan ekspor terkontraksi, sementara PMI Manufaktur berada di zona ekspansi.

Perekonomian Indonesia sendiri sejauh ini terpantau stabil. Inflasi headline (CPI) turun menjadi 1,55 persen yoy, namun inflasi inti naik menjadi 2,26 persen yoy. Neraca perdagangan Indonesia tetap surplus dan PMI Manufaktur terus membaik.

Sektor perbankan Indonesia menunjukkan kinerja yang positif dengan risiko yang terkendali. Pada November 2024, kredit perbankan tumbuh double digit 10,79 persen yoy, mencapai Rp7.717 triliun.

Kredit investasi tumbuh paling tinggi, mencapai 13,77 persen, diikuti kredit konsumsi 10,94 persen, dan kredit modal kerja 8,92 persen. Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit dengan angka 12,41 persen yoy. Kredit korporasi juga tumbuh 16,19 persen, sementara kredit UMKM tumbuh 4,02 persen.

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 7,54 persen yoy, mencapai Rp8.835,9 triliun. Komponen DPK seperti giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh 10,97 persen, 6,55 persen, dan 5,57 persen yoy. Likuiditas perbankan juga terjaga, dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) 112,94 persen dan Liquidity Coverage Ratio (LCR) di level 213,07 persen, yang masih jauh di atas batas aman.

Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross 2,19 persen dan NPL net 0,75 persen. Loan at Risk (LaR) turun menjadi 9,82 persen, lebih rendah dari sebelum pandemi yang tercatat 9,93 persen pada Desember 2019.

Sektor perbankan Indonesia juga mencatatkan tingkat profitabilitas yang stabil dengan Return on Assets (ROA) sebesar 2,69 persen. Ketahanan perbankan tetap kuat, terlihat dari rasio kecukupan modal (CAR) di level 26,92 persen, meskipun sedikit turun karena pertumbuhan kredit.

Di sisi lain, produk kredit Buy Now Pay Later (BNPL) tumbuh meski berkontribusi 0,28 persen terhadap total kredit. Pada November 2024, baki debet BNPL tumbuh 42,68 persen yoy menjadi Rp21,77 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 24,51 juta.

OJK terus berkomitmen pemberantasan judi online yang berdampak buruk pada sektor keuangan. Hingga kini, OJK telah memblokir sekitar 8.500 rekening terkait judi online, dan bekerja sama dengan perbankan untuk menutup rekening yang terindikasi. Upaya deteksi dini terhadap rekening judi online juga terus diperkuat.

Selain itu, pada Desember 2024, OJK mencabut izin usaha beberapa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tidak memenuhi ketentuan, di antaranya BPR Duta Niaga di Kalimantan Barat, BPR Pakan Rabaa Solok Selatan di Sumatera Barat, BPR Kencana di Jawa Barat, dan BPR Arfak Indonesia di Papua Barat.

Secara keseluruhan, sektor perbankan Indonesia menunjukkan kinerja yang solid, resilient, dan stabil meskipun menghadapi ketidakpastian global.

Editor : Rochman Arif

LAINNYA