x
x

Manunggaling Kawula Pancasila

Rabu, 02 Okt 2024 08:59 WIB

Reporter : Redaksi

Jika kita mengalihkan konsep Manunggaling Kawula lan Gusti menjadi Manunggale Kawula lan Pancasila  maka bisa dimaknai bahwa setiap warga negara - kawula - seharusnya menyatu secara batin dan perilaku dengan nilai-nilai Pancasila. Realitanya? Ada  jurang yang menganga antara wacana dan realita.

Dalam berbagai kesempatan, para pemimpin bangsa selalu menegaskan pentingnya mengamalkan Pancasila. Namun yang seringkali terlihat adalah, adanya  jurang antara wacana dan kenyataan. Nilai-nilai Pancasila seperti kemanusiaan yang adil dan beradab, keadilan sosial, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan sering tergerus oleh kepentingan politik dan ekonomi jangka pendek.

Ketika korupsi, ketimpangan sosial, dan intoleransi masih merajalela, kita harus bertanya apakah Pancasila benar-benar hadir dalam keputusan-keputusan penting negara, ataukah hanya digunakan sebagai retorika kosong untuk menjaga legitimasi kekuasaan.

Ada ruang kosong yang patut diisi untuk  memahami dan menghayati Pancasila, yakni pembahasaan secara spiritual dan filosofis. Dalam konteks Manunggaling Kawula lan Gusti ada pemahaman mendalam bahwa manusia dan Tuhan (Gusti) bisa menyatu dalam pengalaman spiritual yang tinggi, di mana individu merasakan keterhubungan yang sangat intim dan menyeluruh dengan Yang Maha Kuasa.

Jika kita mengalihkan konsep ini menjadi Manunggaling Kawula lan Pancasila, maka dapat dimaknai bahwa setiap warga negara (kawula) seharusnya menyatu secara batin dan perilaku dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam pengertian ini, Pancasila tidak hanya dipahami sebagai ideologi negara yang bersifat legal-formal tetapi sebagai falsafah hidup yang mendarah daging dalam tindakan, pikiran, dan perasaan masyarakat Indonesia.

MELEBUR EGO

Dalam ajaran spiritual Manunggaling Kawula lan Gusti, manusia meleburkan ego pribadinya dalam kehendak Tuhan. Dalam konteks Pancasila, kesatuan ini bisa diartikan sebagai meleburkan kepentingan pribadi dan kelompok demi kepentingan bangsa yang lebih besar  berdasarkan nilai-nilai Pancasila.  Seperti keadilan sosial, kemanusiaan, dan persatuan. Dengan manunggal  setiap individu tidak lagi melihat Pancasila sebagai sesuatu yang terpisah dari dirinya melainkan sebagai bagian dari identitas dan etika hidup.

Ketika seseorang benar-benar memahami dan menghayati Pancasila manunggal dengan dirinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak lagi bersifat abstrak atau teoritis, melainkan menjadi panduan konkret dalam pengambilan keputusan sehari-hari, baik dalam konteks pribadi maupun masyarakat. Dengan kata lain, nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan, dan persatuan menjadi karakteristik cara berpikir, berperilaku, dan berinteraksi.

Manunggaling Kawula lan Gusti adalah puncak dari spiritualitas, di mana ada kesadaran akan hubungan yang erat antara individu dan Tuhan. Dalam konteks Pancasila, analogi ini bisa diterjemahkan sebagai penghayatan yang sangat mendalam terhadap nilai-nilai Pancasila.

Tidak cukup sekadar mengetahui atau menghafal lima sila, tetapi harus diresapi hingga menjadi inti dari kesadaran individu dan kolektif. Pancasila harus menjadi sumber kebijaksanaan, bukan sekadar dokumen formal yang digunakan untuk kepentingan politis.

Sama seperti pengalaman spiritual manunggal yang mengubah cara seseorang memandang dunia, penghayatan yang mendalam terhadap Pancasila juga harus mengubah cara pandang dan perilaku sosial.

Jika seseorang benar-benar menyatu dengan Pancasila, ia akan selalu bertindak dengan prinsip keadilan, kemanusiaan, dan kepedulian terhadap sesama. Inilah esensi dari transformasi spiritual yang diwujudkan dalam kehidupan sosial dan politik.

Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana membawa konsep spiritual seperti ini ke dalam tataran masyarakat luas. Jika Pancasila hanya diajarkan secara formal dan tidak dihayati secara mendalam maka akan tetap menjadi simbol kosong yang tidak mempengaruhi perilaku masyarakat.

Oleh karena itu, penting untuk memperkenalkan Pancasila dengan pendekatan yang lebih holistik dan spiritual, agar bisa dipahami oleh setiap individu sebagai falsafah hidup, bukan hanya sekadar ideologi negara.

Dengan demikian, konsep Manunggaling Kawula lan Pancasila bisa menjadi kunci untuk memperdalam penghayatan dan pelaksanaan Pancasila di tengah masyarakat. Pancasila bisa dinyatakan secara utuh sebagai pedoman hidup dan dinamis dalam setiap tindakan, pikiran, dan perasaan masyarakat Indonesia.

Penulis : Rokimdakas

Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.

Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut

Editor : Redaksi

LAINNYA