Reporter : Redaksi
Sebagai mantan atlet dan kini Wakil Ketua KONI Jawa Timur, saya memahami sepenuhnya arti penting perjuangan di balik setiap medali yang diraih. PON 2024 bukan hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga menjadi saksi bagaimana para atlet dan official berjuang menghadapi segala keterbatasan untuk mengharumkan nama daerah. Medali yang diraih tidak hanya mencerminkan prestasi, tetapi juga merupakan simbol dari harapan, perjuangan, dan kebanggaan yang berasal dari sebuah daerah.
Setiap medali, terutama medali emas, adalah hasil dari usaha yang tidak bisa diremehkan. Kadang-kadang, perbedaan antara kemenangan dan kekalahan sangat tipis, bahkan sekilas tak terlihat. Misalnya, di cabang olahraga bowling, yang saya kawal secara langsung, perbedaan antara pemenang hanya terpaut satu pin saja. Bahkan, di cabang olahraga renang terbuka, jarak antara medali emas dan perak hanya terpaut 0,001 detik. Selain itu, cabang olahraga Wushu juga memiliki perbedaan 0,006 poin. Sekilas waktu yang tak berarti, namun cukup untuk menentukan nasib seorang atlet. Ini membuktikan bahwa setiap detik dan setiap usaha sekecil apapun memiliki dampak besar dalam dunia olahraga.
Mengelola cabang olahraga seperti bowling menuntut perhatian penuh pada pengembangan kualitas atlet, baik dari segi teknis maupun mental. Tugas ini tak hanya terbatas pada perbaikan fisik, tetapi juga penanaman mental juara, daya tahan, dan ketangguhan dalam menghadapi tekanan. Namun, ketika saya menjadi bagian dari kepengurusan KONI di bawah kepemimpinan Bapak M. Nabil, saya belajar bahwa menjadi pemimpin tidak hanya melihat satu cabang olahraga saja, melainkan melihat keseluruhan gambaran besar, atau yang disebut dengan “bird’s eye view.” Kami harus memastikan komunikasi antar official, cabang olahraga, menjaga mentalitas atlet, hingga mengatasi tantangan yang berkaitan dengan keamanan dan bahkan aspek politik dalam menjaga stabilitas PON tetap kondusif.
Jika kita bandingkan dengan perolehan medali kontingen besar seperti Jawa Barat, atau DKI Jakarta, terlihat bahwa perbedaan cukup signifikan. Namun, di balik perbedaan ini, tantangan yang kami hadapi juga berbeda. Selain terbatasnya anggaran dibandingkan kontingen besar, kami juga harus beradaptasi dengan kondisi alam yang bervariasi, persiapan venue yang membutuhkan waktu dan sumber daya, serta infrastruktur yang tak selalu mendukung. Kondisi ini menuntut para atlet dan official untuk bekerja lebih keras dan penuh adaptasi.
Namun, PON tidak hanya soal medali. Lebih dari itu, PON adalah ajang untuk membangun persaudaraan, tidak hanya antar atlet, tetapi juga antar cabang olahraga dan antar daerah. Ada banyak cerita inspiratif yang tidak tercatat dalam tabel perolehan medali. PON 2024 ini telah berperan dalam menggerakkan roda ekonomi, memperkuat sektor pariwisata, mempromosikan kuliner lokal, dan memperkaya pemahaman kita tentang kebudayaan Nusantara yang begitu beragam. Ini bukan hanya tentang angka dan statistik, tetapi tentang bagaimana kita memaknai keberagaman Indonesia melalui interaksi dan kebersamaan di ajang olahraga ini.
Selain itu, banyak kisah pengorbanan, harapan, dan loyalitas yang tak tersampaikan dalam catatan formal. Pengorbanan fisik, mental, dan emosional para atlet, official, serta semua yang terlibat tidak bisa diukur hanya dengan angka. Momen-momen inilah yang akan menjadi kenangan bersama di masa depan, baik untuk para atlet maupun masyarakat yang mendukung mereka. Semua perjuangan ini tidak akan terlupakan, dan akan terus menjadi inspirasi untuk generasi mendatang.
Dari setiap perjuangan yang kami hadapi di PON 2024, kami belajar bahwa menjadi juara bukan hanya tentang berdiri di podium dan menerima medali. Menjadi juara berarti membangun hubungan yang kuat, menjunjung tinggi sportivitas, saling mendukung, dan merayakan keberagaman sebagai satu bangsa. Kami di Jawa Timur merasa bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan ini, dan kami akan terus berjuang demi kebanggaan dan harapan daerah kami. Terima kasih kepada seluruh atlet dan official yang telah berjuang keras dan loyal mengharumkan nama Jawa Timur. Kami berharap, di masa mendatang, gelar Juara Umum dapat kami raih. Jer Basuki Mawa Bea—tidak ada kemenangan tanpa pengorbanan. Jawa Timur, Wani Menang!
H. M. Ali Affandi L.N.M
Wakil Ketua I KONI Jawa Timur
Atlet Bowling Jawa Timur PON 2008 (Peraih Medali Perunggu)
Sumber : Bidang Media dan Humas KONI Jatim
Editor : Redaksi