Reporter : Rochman Arif
JATIMKINI.COM, Kegunaan nikel untuk teknologi masa depan bisa menjadikan Indonesia sebagai pengendali ekonomi global. Sebab, data dari NRI Digital dan Global Nickel tahun 2023, menempatkan Indonesia punya cadangan terbesar dunia, dengan total cadangan hingga 20 persen.
NRI Digital mencatat Nusantara memproduksi 1.721,5 ton per tahun hingga tahun 2023. Sedangkan Global Nickel, cadangan nikel Indonesia mencapai 55 juta metric ton, (2023). Data ini menempatkan Indonesia Australia, Filipina, dan Rusia menguasai 50 persen cadangan nikel di muka bumi.
“Data ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki prospek yang luar biasa dalam kendali teknologi dan ekonomi perekonomian masa depan,” kata General Manager Compliance PT Merdeka Baterai Material (MBM), Mohammad Toha, akhir pekan di Surabaya.
Pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur ini menambahkan saat ini yang tengah dilakukan entitas milik PT Merdeka Copper Gold Tbk itu adalah melakukan hilirisasi. Langkah ini untuk meningkatkan daya saing Indonesia di mata dunia dalam hal teknologi dan ekonomi.
“Dengan hilirisasi bisa menyediakan lapangan kerja, meningkatkan supply and demand, dan tentunya pajak untuk negara. Buntutnya ekonomi kita membaik,” imbuhnya.
Menurut Toha, bukan perkara gampang menjalankan hilirisasi tambang. Masalah yang dihadapi entitas bisnis ini cukup kompleks. Salah satu yang paling sulit adalah alih teknologi yang belum dimiliki Indonesia.
Saat ini, MBM masih sebatas melakukan upstream atau mengolah barang tambang. Ke depan, MBM berambisi mampu menciptakan produk kebutuhan teknologi, seperti baterai mobil, laptop, ponsel hingga produk penyokong teknologi.
“Apa hubungannya dengan masa depan? Nikel sangat dibutuhkan teknologi. Misal untuk robotika, otomotif, seluler, teknologi komunikasi dan informasi, serta teknologi lainnya. Itu semua butuh nikel. Sedangkan nikel mayoritas di Indonesia,” beber Toha.
Ia mengakui dalam beberapa tahun terakhir ini muncul pameo, penguasa nikel bisa menjadi raja ekonomi global. Pameo ini mematahkan sebelumnya, yang menyebut menguasai minyak bisa menjadi penguasa dunia.
Berkaitan dengan hilirisasi, sejauh ini China masih menjadi pemimpin. Negeri Tirai Bambu itu mengoleh nikel mencapai 728 metric kilo ton, disusul Indonesia (630 metric kilo ton). Jepang dan Korea yang tidak memiliki nikel, menjadi produsen hilirisasi di uruan keempat dan urutan 11 dunia.
Data lain yang disampaikan Toha terkait sebaran nikel di dalam negeri ada di Sulawesi dan Maluku Utara. Hanya saja ia tidak memiliki kajian geologi, mengapa sebaran nikel mendekati cincin api pasifik.
“Berbeda dengan emas dan perak, yang berada di ring of fire, seperti di Jawa bagian selatan, Papua, Nusa Tenggara Barat dan sekitar Samudra Pasifik,” Toha memungkasi.
Editor : Rochman Arif