x
x

Muhammad Ridan: Anak Buruh Cucian Motor Raih Beasiswa ULM

Sabtu, 14 Sep 2024 13:51 WIB

Reporter : Ilham Dary Athallah

JATIMKINI.COM, Kisah Muhammad Ridan untuk menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM), sangat menginspirasi. Di tengah rintangan hidup yang begitu berat, Ridan membuktikan bahwa ketekunan dan keberanian bisa membawa seseorang mencapai impian, meskipun dihadapkan pada kondisi yang sulit.

Ridan, yang kini berusia 18 tahun, bukanlah remaja biasa. Perjalanan hidupnya teramat terjal, terutama setelah orang tuanya memutuskan untuk bercerai saat ia baru memasuki kelas dua Madrasah Aliyah. Sejak saat itu, Ridan kehilangan kontak dengan ibunya, sementara sang ayah menyerah untuk mendukung pendidikan Ridan. Dalam kondisi ini, Ridan harus berjuang sendiri untuk melanjutkan sekolah. Ia bekerja sebagai buruh lepas di sebuah pencucian motor untuk membiayai sekolahnya yang tinggal setahun lagi.

Meskipun begitu, Ridan tetap bermimpi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, mimpinya untuk kuliah di ULM Banjarmasin sempat terasa mustahil. "Cari kerja saja agar dapat uang. Kamu tak perlu berkhayal untuk kuliah sebagaimana teman-temanmu," ujar sang ayah kala itu, memahami betul kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga mereka, dikisahkan ulang oleh Ridan kepada Jatimkini.com, kemarin

Namun, Ridan tidak menyerah. Meskipun harus menghadapi banyak tantangan dan saran yang meremehkan, ia nekat mendaftar kuliah di ULM Banjarmasin. Dengan tekad yang kuat dan sedikit bantuan dari orang tua sahabatnya, Ridan berhasil terdaftar sebagai mahasiswa ULM dengan biaya UKT minimal sebesar Rp1 juta per semester.

Keprihatinan yang menyelimuti awal perkuliahan Ridan tidak menghentikannya untuk terus maju. Berangkat dari desanya di Sungai Katapi, Kecamatan Paringin, dengan hanya bermodalkan uang Rp50 ribu, Ridan menuju Banjarmasin. Di sana, ia tinggal bersama teman-temannya tanpa dikenakan biaya, namun sebagai gantinya, ia harus berbelanja dan memasak untuk mereka.

Kerja di Kedai Kopi Hingga Raih Beasiswa

Ridan mulai berkuliah pada Agustus 2024. Untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya, Ridan awalnya bekerja di sebuah kedai kopi. Jadwalnya yang padat antara kuliah dan bekerja membuatnya harus membagi waktu dengan bijak.

Berjuang menyambung hidup sepanjang satu bulan, di Bulan September 2024 ini, Ridan mendapatkan kabar bahagia yang mengubah jalan hidupnya. Ia mendapat tawaran beasiswa dari program Indonesian Bright Future Leader (IBFL) yang dikelola oleh Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN).

Setelah mengikuti serangkaian tes, mulai dari wawancara hingga psikotes, Ridan dinyatakan lulus dan menjadi salah satu dari seratus peserta yang diterima dalam program IBFL Adaro. "Untuk semester kedua nanti hingga akhir, semua biaya kuliah, kebutuhan primer, pembinaan, pengembangan, jurnal, dan skripsi akan ditanggung oleh Adaro," ujarnya, dengan senyum yang kini bisa menghiasi wajahnya.

Ridan menyebutkan bahwa hidupnya dipenuhi dengan banyak kesulitan, tetapi ia selalu menemukan hikmah di setiap ujian yang dihadapinya. Diterimanya ia sebagai peserta program IBFL Adaro merupakan jawaban dari Tuhan atas doa-doanya yang tulus. "Ya Tuhan, kuatkan hati dan batinku. Tolong hamba dari gunjingan orang yang melumpuhkan. Jauhkan dari rasa iri hati melihat kerukunan anak-anak lainnya dengan kedua orang tua mereka. Puaskan hati hamba jika melihat apa yang orang lain miliki, walau hanya sekadar memandang," ungkap Ridan, mengenang doa yang selalu ia panjatkan.

Dengan ketekunan dan keyakinan, Ridan mampu meraih apa yang sebelumnya dianggap mustahil. Kini, ia menyemangati teman-teman dan mahasiswa lainnya untuk tidak menyerah, meskipun berasal dari latar belakang yang serupa dengannya. Kenekatan Ridan untuk terus maju dan berjuang membawa hikmah dan nikmat, menjadikannya contoh nyata bahwa kesulitan bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan menuju kesuksesan.

 

Editor : Ali Topan

LAINNYA