x
x

Industri Baja Ringan Butuh Implementasi Penegakan Standarisasi Produk

Selasa, 27 Agu 2024 06:02 WIB

Reporter : Peni Widarti

JATIMKINI.COM, Di tengah besarnya potensi pasar baja ringan di Tanah Air, industri baja ringan saat ini masih sangat membutuhkan perlindungan ekstra dari pemerintah terkait keberadaan produk-produk non standar yang menggempur pasar dalam Negeri.

CEO Kencana Group, Henry Setiawan mengatakan hingga saat ini industri baja masih menghadapi tantangan yang sama seperti sebelumnya. Meski pemerintah sudah menyiapkan aturan perlindungan produk baja ringan dalam negeri melalui standarisasi produk, tetapi penegakan aturan tersebut masih belum optimal.

Enforcement standarisasi produk SNI saat ini masih kurang. Kami harapkan pemerintah turun tangan untuk menertibkan produk-produk non standar di pasar. Sebab ini kan produk struktural untuk atap rumah sehingga pemerintah perlu turun tangan untuk menyelamatkan jiwa konsumen dari produk non standar,” jelasnya di sela-sela perayaan 33rd Anniversary Kencana, di Gedung Kencana, Surabaya, Senin (26/8/2024).

Menurutnya, saat ini masyarakat telah melihat bahwa baja ringan menjadi satu-satunya pilihan untuk struktur bangunan, khususnya atap rumah sebab sudah sulit dan mahal untuk mendapatkan struktur atap dari kayu.

“Masyarakat sekarang melihat baja ringan sebagai produk yang tidak punya pembanding karena tidak punya pilihan lain. Hanya saja masyarakat masih banyak yang belum mengerti produk yang berkualitas dengan yang abal-abal dan tidak sesuai SNI,” katanya.

Untuk itu, lanjutnya, Kencan Group terus berupaya memberikan sosialisasi dan edukasi kepada para tukang/aplikator. Harapannya edukasi itu dapat membantu pemilik rumah untuk memilih produk berkualitas. 

Henry mengatakan, kebutuhan baja ringan nasional sendiri saat ini berkisar antara 1,5 juta ton hingga 1,7 juta ton per tahun. Peningkatan kebutuhannya tidak lebih dari 10% per tahun.

Tahun ini bahkan diperkirakan peningkatan kebutuhan baja ringan tidak lebih dari satu digit. Hal ini disebabkan oleh pasar real estate yang tengah lesu. Sedangkan proyek pemerintah sejauh ini masih bersifat multiyears, apalagi pasar produk dalam negeri dimakan oleh produk impor yang tidak sesuai standar.

“Dari total kebutuhan per tahunnya, baja impor sudah memenuhi separuhnya pasar dalam negeri. Padahal produksi dalam negeri sendiri sudah bisa memenuhi sampai 80%. Di Kencana sendiri, kapasitas produksinya sekitar 400.000 ton/tahun, tapi utilisasinya sampai sekarang masih 50%,” jelasnya.

Guna memperkuat pangsa pasar produk baja ringan di Indonesia, Tambah Henry, Kencana Group terus memperluas jangkauan distribusi. Saat ini Kencana sudah memiliki 48 titik distribusi di Indonesia. Hingga akhir tahun ditargetkan bisa mencapai 60 titik distribusi.

“Pemasaran kami sudah merata di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara. Yang belum merata hanya Sumatera. Di Papua kami hanya punya agen," imbuhnya.

Adapun pada tahun ini KENCANA genap berusia 33 tahun pada 13 Agustus 2023 lalu. Guna memeriahkan hari jadinya, KENCANA menggelar Open House bertajuk ‘KENCANA 33th Membangun Indonesia’.

Serangkaian kegiatan dihadirkan dalam momen ini, di antaranya talkshow inspiratif  bertajuk ‘Optimalisasi Konstruksi Berkelanjutan di Indonesia : Baja Ringan & Green Building’ yang dibawakan oleh Ketua Persatuan Insinyur Indonesia Provinsi Jawa Timur Surabaya Gentur Prihantono.

Direktur PT Kepuh Kencana Arum, Henry Alvino mengatakan talkshow ini sebagai bentuk jawaban mengenai isu lingkungan yang beberapa tahun belakangan santer dibicarakan.

“Kencana yang diproduksi oleh anak bangsa menggunakan material berkualitas tinggi dan sesuai SNI tentu sudah sepatutnya berkontribusi dalam mewujudkan konstruksi berkelanjutan, khususnya dengan menggunakan material baja ringan,” katanya.

 

 

Editor : Peni Widarti

LAINNYA