Kondisi ekonomi Indonesia 2023 dinilai lebih baik ketimbang negara lain meski perekonomian global masih menghadapi perlambatan.
Hal itu diungkapkan Ketua Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE) Universitas Brawijaya (UB), Malang, Candra Fajri Ananda.
"PPKE FEB UB turut melakukan prediksi kondisi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2023 mencapai 5,59%," tegas Candra yang juga Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB.
Candra menjelaskan dapat disimpulkan bahwa ekonomi Indonesia periode 2023 optimistis mengalami pertumbuhan ekonomi berkisar pada angka 5%.
Menurut Candra, secara makroekonomi Indonesia lebih baik tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat sepanjang 2022.
Pada triwulan I-2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,83% kemudian pada triwulan II-2022 meningkat menjadi 5,60%. Adapun triwulan III-2022 meningkat menjadi 5,77%.
Fakta itu mendorong sejumlah lembaga besar nasional maupun global memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 akan mengalami peningkatan.
Bahkan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh optimis sebesar 5%. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional berkisar antara 4,5% sampai 5,3%.
Sedangkan Kementerian Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,3% pada tahun 2023.
Meski perekonomian Indonesia relatif less connected dengan perekonomian global, akan tetapi harapan optimisme ekonomi harus tetap mewaspadai resesi yang diprediksi akan muncul pada 2023. Pasalnya dunia sedang menghadapi ancaman gejolak ekonomi akibat efek lanjutan downside risks dari pandemi yang hingga kini belum usai sepenuhnya. Imbas konflik geopolitik pun memicu kenaikan harga mendorong inflasi tinggi terutama di negara-negara maju.
Dalam kondisi itu, resesi akan membawa berbagai sektor dalam perekonomian yang terintegrasi antarnegara sulit terhindar dari dampak negatif ancaman pelemahan ekonomi global di tahun mendatang.
Sehingga bisnis yang mengandalkan perdagangan ekspor-impor akan terpengaruh tekanan ekonomi global. Aktivitas perdagangan di sejumlah negara maju yang akan melemah diperkirakan bisa mempengaruhi perdagangan di negara berkembang yang ekonominya bergantung pada ekspor-impor.
Karena itu keterkaitan dan dampak perekonomian global terhadap perekonomian Indonesia tak bisa dipandang remeh. Terutama jalur ekspor-impor dan jalur aliran modal asing.
Sebab komponen ekspor-impor dalam perekonomian Indonesia berkontribusi sekitar 20%. Sedangkan resesi global dipastikan akan melemahkan ekspor yang merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan dan "menjadi penyelamat" Indonesia ketika berada di masa pemulihan pascapandemi ini.
Melemahnya ekspor yang diikuti melemahnya aliran modal asing, baik FDI maupun investasi portofolio pun akan melemahkan nilai tukar rupiah. Terlebih aliran modal keluar berpotensi meningkat seiring kenaikan bunga acuan di negara-negara maju.
Sebaliknya, perekonomian Indonesia yang mengandalkan pasar domestik akan cukup kuat meski dunia terancam resesi pada 2023.
Ada beberapa sektor yang sejatinya dapat didorong oleh pemerintah untuk bisa menyelematkan Indonesia dari ancaman resesi, di antaranya adalah sektor UMKM, pariwisata, hingga sektor industri pengolahan tembakau.
Selain itu, dalam mendukung berbagai sektor tersebut, sisi keuangan dan perbankan nasional serta investasi juga perlu dijaga untuk dapat mendukung iklim usaha dalam aktivitas ekonomi.
Editor : Redaksi