Reporter : Bagus Suryo
JATIMKINI.COM, Akademisi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur, mengapresiasi kiprah mahasiswa yang menyelesaikan tugas akhir kuliah dengan bedah buku karya sastra. Karya itu berupa novel, antologi puisi, dan antologi cerpen.
"Bedah buku menjadi penghubung motivasi bagi adik tingkat dalam berkarya," tegas Dosen FIB Universitas Brawijaya, Diah Ayu Wulan saat bedah buku di Gedung B FIB, Rabu (3/7).
Menurut Diah, bedah buku dapat menjadi penyemangat bagi mahasiswa dalam berkarya. Melalui proses pengkaryaan, lanjutnya, mahasiswa dapat mengembangkan, mewujudkan kreativitasnya, dan meningkatkan keterampilan kritis.
Diah menambahkan melalui proses pengkaryaan diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan, serta merealisasikan kreativitas dan meningkatkan keterampilan kritisnya.
Bedah buku kali ini dihadiri Yohanes Padmo Adi Nugroho, M.Hum. Selain itu, turut hadir wakil dekan 2, dosen pembimbing, dosen penguji, guru SMP, mahasiswa Sastra Cina UB dari berbagai angkatan, teman-teman di luar UB, pastor, serta tim redaksi Penerbit Karmelindo.
FIB UB memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengekspresikan diri melalui tugas akhir kuliah berupa karya sastra dengan bentuk novel, antologi puisi, dan antologi cerpen.
Pada kesempatan itu, Diah Ayu Wulan menjadi dosen pembimbing bagi Caecilia Kasih Ning Tyas, mahasiswa Program Studi Sastra Cina angkatan 2019. Saat itu, Caecilia bedah buku berjudul Hidup Oh Hidup.
Karya cerpen itu menyampaikan pesan moral kepada Generasi Z untuk menemukan nilai hidup dalam diri mereka.
"Meskipun hidup terasa sulit, kita tidak sendirian, banyak orang yang merasakan hal yang sama dan kita bisa melewati semuanya," tegas Caecilia.
Buku antologi cerita pendek yang begitu mengesankan itu berjudul "Hidup Oh Hidup" dengan dosen pembimbing Diah Ayu Wulan, M. Pd dan Yusri Fajar, M.A sebagai dosen penguji.
Caecilia membuat buku kumpulan 5 judul karya sastra cerpen, yaitu Kelopak-kelopak Tanhwa, Tragedi di Tepi Pantai, Mamakulah Segalanya, Hidup Oh Hidup, dan Diam Itu Emas, Tapi Tai Juga Diam.
Karya-karya itu sengaja tidak menggunakan Bahasa Mandarin agar dapat dinikmati di Indonesia. Kendati demikian, akulturasi budaya begitu terasa karena ia memasukkan unsur budaya Tionghoa dalam mewarnai alur cerpen.
Menikmati cerpen ini begitu mengesankan karena mengisahkan realitas kehidupan keluarga penulis sendiri, kehidupan mahasiswa dan kisah percintaan semasa kuliah.
"Konsep cerpen biasa, saya sering menggunakan alur maju mundur dalam tema kehidupan. Namun konflik yang diangkat dalam cerita-cerita itu adalah masalah-masalah yang biasa dihadapi dalam kehidupan sehari-hari," tuturnya.
Caecilia menggarap buku selama setahun. Proses itu terinspirasi oleh masalah sosial relasi antar manusia dari berbagai etnis, serta masalah generasi Z yang merasa kebingungan dengan arti hidup.
Adapun nama karakter dalam cerita diambil dari kerabat dan teman-teman dekat yang telah dimodifikasi.
Caecilia berharap karya ini bisa dinikmati masyarakat secara luas karena pesan moral yang disampaikan bisa menginspirasi setiap orang.
Sebab, karya sastra ini menyuarakan nilai-nilai moral yang bisa menjadi pelajaran bagi remaja, di antaranya tips hubungan jarak jauh. Termasuk menjaga hubungan dengan komitmen yang kuat.
"Saya berharap karya cerpen ini dapat memberikan inspirasi dan hiburan bagi pembaca," katanya.
Saat ini, lanjutnya, tersedia 30 buku dengan harga Rp45.000 per eksemplar. Sebanyak 20 buku dibagikan kepada dosen-dosen dan keluarga dekat.
Editor : Bagus Suryo