"Jangan menyisakan makanan di atas piring karena di luar kita masih banyak orang yang kesusahan untuk makan. Kita pun tidak tau pada butiran manakah Tuhan memberkati atas makanan yang Dia berikan?"
Sebuah tulisan seorang pendeta di majalah Prisma edisi akhir 1970an serasa menyentak kesadaran saya dalam menyikapi makanan. Sejak itu saya tidak pernah menyisakan makanan di atas piring kecuali yang benar-benar tidak bisa dikunyah. Penyadaran serupa juga saya peroleh dari pitutur Nabi Muhammad pada sebuah hadist.
Intinya, kita patut menajamkan spiritualitas saat menikmati makanan. Bahkan secara satir saya katakan, "saya lebih khusuk menghayati kemahaan Tuhan sewaktu makan katimbang sembahyang. Karena ketika makan itulah merasakan kasih sayang Tuhan."
Mengingat sisa makanan mengingat pula problem pangan yang selalu mewarnai ruang-ruang rapat pelaksana pemerintahan negara. Tak terbilang banyaknya demontrasi yang mengkritisi masalah harga beras. Belum lagi masalah gagal panen yang menyergap kehidupan petani.
Ironi, menyisakan makanan sepertinya dianggap biasa tanpa ada beban di dalam hati maupun mengusik pikiran orang-orang yang sedang menghadiri undangan makan malam, kondangan maupun hajatan apapun.
Sebuah akun @tekyang dengan format Tik Tok membahas grafikasi negara-negara penghasil sisa makanan - utamanya nasi - tertinggi di dunia. Datanya mencengangkan karena Indonesia berada pada ranking pertama!! Paparannya menampar begitu keras atas kemunafikan masyarakat Indonesia yang sering berteriak tentang krisis pangan, mahalnya harga beras juga kasus pertanian yang tak terurus.
Di Indonesia, setiap tahun nilai kerugian atas sisa makanan senilai Rp 551 trilyun. Dengan nilai itu Indonesia bisa membangun Ibu Kota Nusantara setiap tahun. Atau memberi makan siang gratis bagi anak-anak sekolah maupun warga miskin setiap hari tanpa menggunakan APBN atau menaikkan pajak rakyat.
Perlu diketahui bahwasanya volume sisa makanan setiap tahun sebesar 9,3 ton sementara konsumsi beras kita 35 ton. Artinya ada 27 persen makanan yang terbuang setiap hari.
Kalau kita ingin menyelamatkan bangsa ini, "STOP!! Menyisakan makanan di piring. Makan secukupnya. Makan sampai bersih. Karena dalam sebutir nasi ada sejuta keringat."
Berulang kali bahkan berjuta kali anjuran supaya tidak membuang atau menyisakan makanan ditayangkan pada beragam platform media massa namun kenyataannya masyarakat kita tidak konsekuen, bahkan saya meyakini amat sangat banyak yang sering menyisahkan makanan ketika disuguhi rezeki oleh Sang Pengatur Kehidupan. Membaca fenomena perilaku tersebut harus berani mengakui bahwa kita ini bangsa munafik!.
Ditulis oleh : Rokimdakas
Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.
Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut
Editor : Ali Topan