x
x

Surga Itu Adanya Sekarang

Jumat, 19 Jul 2024 09:36 WIB

Reporter : Rokimdakas

Betapa sering adanya dialog yang mempertanyakan apa sebenarnya tujuan hidup. Membahas ini mulut bisa berbusa-busa, menghabiskan kopi bergelas-gelas dan endingnya membagongkan. Why?

Ada banyak tafsir yang melingkari dialog  spiritual tersebut. Jika menggunakan sepuluh kitab yang dijadikan acuan maka akan muncul beratus tafsir. Diantaranya ada ada yang mengatakan bahwa hidup ini sebagai persiapan kehidupan kelak sesudah mati. 

Jawabannya absurd dan tidak mudah dicerna logika. Sebagian lainnya menganggap keimanan tidak bisa ditakar secara logika karena sifatnya metafisis. Karenanya tidak sepatutnya mengharapkan penjelasan secara nyata.

Zaman berkembang seiring dengan peradaban dan pola pikir manusia  apalagi di abad informasi dengan  modernitas teknologi yang tiada tara. Publik membutuhkan tafsir yang logis sehingga masalah keimanan yang menjadi landasan untuk mempercayai tidak bisa hanya mengandalkan perkiraan semata. 

Sesuatu yang krusial  tidak cukup berhenti pada absurditas, yang diharapkan adalah realita. Tanpa wujud  nyata  bagaimana bisa percaya?

Untuk memperoleh jawaban yang logis kiranya menarik untuk menyimak penuturan Buya Syaiful Karim yang bersandar pada tafsir hakekat, yakni wujud atas teks Qur'ani dalam konteks kekinian.

Dalam ceramahnya di akun Tik Tok @Ngaji Virtual, agamawan dari Tanah Pasundan tersebut mengatakan, sebetulnya tidak ada tujuan hidup. Tidak ada. Karena hidup itu sendiri adalah tujuan. 

"Tidak usah mentargetkan masuk surga nanti. Karena sesungguhnya surga itu di sini. Sekarang ini wujud surga," tandas Buya Karim. Siapa yang memikirkan masa depan dengan tujuannya maka dia akan melupakan saat ini. Itu suatu kekeliruan.

"Saya sering mendengarkan keluh kesah dari pejalan spiritual karena merasa belum sampai. Pertanyaannya, mau sampai di mana?" kata Buya.

"Sampai di sini, saat ini, itu sudah sampai," tuturnya menerangkan. Terima saja saat ini apa adanya. Itu tandanya sudah sampai. Lantas maunya sampai di mana?

Penjelasan senada juga disampaikan oleh mursyid tarekat hakekat yang diasuh Ki Tanpa Aran di Surabaya. "Surga maupun neraka itu keberadaanya sekarang, keduanya ada dalam dirimu. Dirimu ini wujud kesemestaan, sifatnya jaun lebih besar dibanding dengan surga maupun neraka."

Keputusannya ada pada diri kita, apakah hidup kita didominasi oleh suasana kesurgaan yang mencerminkan ketentraman, bahagia dan damai dengan sesama ataukah sebaliknya? 

Jika suasana hatimu merasa sedih, was-was, tidak nyaman, dimusuhi banyak orang berarti dirimu sedang berada dalam neraka. 

Cara memahami dan menghayatinya tidak sulit. Yang sulit ada pada kemampuan dirimu  memenej kejiwaan dengan baik atau tidak? 

Mau menikmati surga atau neraka. Keduanya ada di hari ini, sekarang, bukan nanti. Dengan begitu maka kita akan menjalani hidup ini dengan penuh kewaspadaan dan hati-hati.

Ditulis oleh : Rokimdakas

Kanal Kolom adalah halaman khusus layanan bagi masyarakat untuk menulis berita lepas.

Redaksi Jatimkini.com tidak bertanggungjawab atas tulisan tersebut

 

 

Editor : Ali Topan

Kopilot
LAINNYA