Reporter : Redaksi
JATIMKINI.COM, Peneliti Poltekkes Kemenkes Malang, Jawa Timur, Anggun Setyarini menyatakan tren siswa SMA di Kota Malang berpotensi menderita hipertensi. Sebab, hasil riset membuktikan usia penderita hipertensi kini semakin muda merambah kalangan remaja.
“Kejadian hipertensi di kalangan remaja kini perlu menjadi perhatian serius. Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang-orang dewasa atau lansia saja, melainkan juga remaja,” tegas Anggun Setyarini, Rabu (19/6/2024).
Menurut Anggun, siswa yang mengalami hipertensi lebih berisiko terkena serangan jantung, gagal ginjal, strok, dan gangguan mental. Adapun pemicu hipertensi karena gaya hidup tidak sehat, stres, genetik dan obesitas. Penyakit ini secara nasional menjadi penyebab 45% kematian karena gangguan kardiovaskuler dan 51% kematian karena strok.
“Remaja yang mengalami hipertensi lebih berisiko tinggi hipertensi pada masa dewasa,” katanya.
Menurut Anggun, hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan angka hipertensi pada remaja sebesar 13,2%. Angka ini menunjukkan peningkatan yang tajam dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013 yang hanya sebesar 8,7%. Gejala yang seringkali tidak tampak pada remaja, lanjut Anggun, menjadikan masalah ini masih mendapatkan sedikit perhatian baik oleh remaja, keluarga maupun masyarakat.
Anggun mengungkapkan penelitiannya sebanyak 116 remaja di dua SMA di Kota Malang. Hasilnya, sebesar 45,7% dari total responden mengalami prehipertensi atau kenaikan tekanan darah. Sebesar 10,3% menderita hipertensi tingkat 1, dan sebesar 5% mengalami hipertensi tingkat 2. Hipertensi juga ditemukan pada 19,8% remaja yang mengalami overweight dan 7% mengalami obesitas.
Hipertensi tingkat 1 didiagnosis ketika tekanan darah sistolik berkisar antara 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90-99 mmHg. Sementara itu, hipertensi tingkat 2 terjadi ketika tekanan darah sistolik melebihi 160 mmHg dan tekanan darah diastolik melebihi 100 mmHg.
Pentingnya pencegahan
Risiko hipertensi meningkat karena gaya hidup kalangan remaja saat ini gemar mengonsumsi makanan cepat saji yang tinggi garam, rendah serat, dan lemak jenuh. Termasuk mager atau kurangnya aktivitas fisik.
Risiko lainnya bisa karena faktor tekanan akademik, sosial, dan keluarga sehingga menyebabkan tingkat stres yang tinggi pada remaja. Selain itu adanya riwayat keluarga pernah mengalami hipertensi serta tingkat obesitas yang semakin meningkat di kalangan remaja.
Anggun menerangkan hasil penelitian ini juga mengungkap perilaku remaja dalam upaya pencegahan hipertensi dipengaruhi oleh keyakinan mereka mengenai kesehatan (health belief). Para remaja meyakini manfaat pencegahan hipertensi ketika mereka rentan dan mengetahui konsekuensi serius terhadap penyakit itu. Mereka akan melakukan pencegahan bila manfaatnya lebih besar ketimbang hambatannya. Sehingga mereka memiliki kepercayaan diri melakukan perilaku pencegahan.
“Temuan dari hasil riset ini hendaknya menyadarkan semua pihak tentang pentingnya upaya pencegahan hipertensi pada remaja. Sebab, prevalensi hipertensi remaja memiliki implikasi jangka panjang pada masalah kesehatan di masa depan,” tuturnya.
Rekomendasi
Karena itu, hasil riset ini dapat digunakan sebagai rekomendasi kepada berbagai pihak untuk upaya pencegahan hipertensi, yaitu meningkatkan kesadaran pada remaja agar memahami pentingnya menjaga kesehatan. Caranya dengan mengedukasi remaja agar membiasakan makan dan pola hidup sehat, serta berolahraga secara teratur.
Termasuk mengelola stres dengan baik, mengatur berat badan dan rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah. Mereka juga dapat mencari dukungan dari teman sebaya atau profesional kesehatan jika mengalami kesulitan dalam mengelola berat badan.
Selanjutnya, sekolah-sekolah dapat memperkuat program kesehatan sekolah dengan memberikan pendidikan tentang pentingnya perilaku pencegahan hipertensi, pendidikan kesehatan yang mencakup topik-topik seperti nutrisi seimbang, manajemen berat badan, dan pentingnya aktivitas fisik.
Peran dan fungsi Unit Kesehatan Sekolah (UKS) diperkuat, secara rutin skrining tekanan darah di sekolah. Sekolah juga dapat menjadi model bagi gaya hidup sehat dengan menyediakan makanan bergizi di kantin dan mendukung kegiatan olahraga.
Sedangkan pemerintah daerah perlu menggalakkan program-program kesehatan masyarakat yang fokus pada edukasi tentang perilaku pencegahan hipertensi remaja dengan mengatur pola makan sehat dan aktivitas fisik. Penyediaan fasilitas olahraga yang terjangkau dan aman juga harus dipertimbangkan untuk mendorong remaja agar lebih aktif secara fisik.
Terpenting, orang tua perlu mendukung gaya hidup sehat bagi anak-anak dan remaja dengan menyediakan makanan bergizi di rumah, membatasi konsumsi makanan cepat saji, serta mendorong mereka terlibat aktif dalam aktivitas fisik yang menyenangkan.
Para akademisi institusi pendidikan perawat diharapkan dapat turut andil dalam penelitian dan pengabdian masyarakat terkait peningkatan perilaku pencegahan hipertensi pada remaja. Melalui kolaborasi berbagai pihak antara remaja, sekolah, pemerintah, akademisi dan orang tua, diharapkan akan terjadi perubahan yang baik dalam penurunan prevalensi overweight, obesitas, dan hipertensi pada remaja.
Editor : Bagus Suryo