x
x

Wahyu Hidayat Optimis Kinerja Ekonomi Membaik dan Menguat

Senin, 18 Mar 2024 06:11 WIB

Reporter : Bagus Suryo

Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat optimistis kinerja ekonomi Pemkot Malang semakin membaik dan menguat pada triwulan pertama 2024.

Karena itu, Wahyu mengeluarkan kebijakan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan perekonomian melalui upaya pengendalian inflasi. Hal ini merespons situasi terkini gejolak harga pangan saat momen Ramadan dan Lebaran.

"Perekonomian kita naik, perekonomian awal tahun bagus, itu sejalan dengan menekan kemiskinan yang otomatis berimbas. Awal tahun ini fokus pengendalian inflasi," tegas Wahyu Hidayat, Rabu (13/3).

Sejauh ini, Pemkot Malang bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) memastikan keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.

Sedangkan kebijakan bergulir sejak sebelum Ramadan. Pemkot Malang hadir melalui operasi pasar murah menggelontor 9.500 paket bahan pangan pokok. Sasaran penerima manfaat diutamakan kelompok ekonomi menengah ke bawah.

Paket sembako digulirkan merambah 5 kecamatan pada 20-26 Februari 2024 sebagai wujud upaya stabilisasi harga menjelang Ramadan. Setiap paket dijual lebih murah hanya Rp100.000 untuk rumah tangga miskin. Paket berisi beras 5 kg, minyak goreng 1 liter, gula 1 kg, bawang merah 1 kg dan bawang putih 1 kg.

Selain itu, beras SPHP Bulog pun didistribusikan ke pasar-pasar. Dengan demikian, ketersediaan pangan selaras masyarakat mendapatkan harga terjangkau yang pada gilirannya menahan lonjakan harga. Warga pun merasa aman lantaran bahan pangan tersedia di dapur rumah. Warga semringah menjalani Ramadan pada Maret karena kebutuhan pangan selama sebulan sudah dipenuhi sejak akhir Februari.

Survei penjualan

Stok pangan tersedia di warga memang berimbas mengurangi permintaan di pasar. Situasi ini oleh para pedagang dianggap telah terjadi penurunan daya beli. Apalagi hal itu tecermin dari Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia Malang pada Februari. Sesuai hasil survei itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang Febrina mengungkapkan kelompok makanan, minuman dan tembakau diprakirakan terkontraksi sebesar -2,71% (mtm).

"Kondisi ini lebih baik meskipun masih dalam kondisi terkontraksi jika dibandingkan dengan realisasi di bulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -6,73% (mtm)," ujar Febrina.

Namun, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang Eko Sri Yuliadi, Minggu (17/3), mengatakan wajar bila warga mengerem belanjaan lantaran sebelumnya sudah membeli pangan pokok saat gelaran pasar murah untuk kebutuhan sebulan.

Selanjutnya, warga belanja di pasar hanya sesuai kebutuhan. Situasi akan berbeda bila akhir Februari tanpa pasar murah sehingga awal Ramadan terjadi peningkatan permintaan yang artinya daya beli pasti melonjak.

Ini membuktikan Pemkot Malang telah berhasil mengantisipasi gejolak harga sekaligus menekan lonjakan harga pangan yang imbasnya diharapkan membuat inflasi Maret terkendali. Upaya preventif itu membuat masyarakat merasa tenang.

Analisis ini sekaligus menjawab hasil survei penjualan eceran dari BI Malang. Bahkan, Eko menyatakan warung tekan inflasi telah menurunkan harga beras Rp5.000 karena beras kemasan 5 kg biasa dijual Rp75.000, kini seharga Rp70.000.

Manfaat kebijakan

Warga bisa membeli beras lebih murah lagi di warung tekan inflasi Rp51.000 kemasan 5 kg dari harga semestinya Rp54.500. Penjualan beras murah akhirnya memengaruhi psikologi pasar sehingga pedagang turut menurunkan harga. Manfaat dari kebijakan ini dirasakan langsung oleh masyarakat secara luas.

Kinerja stabilisasi harga yang menyatu dengan strategi pengendalian inflasi itu berkat kebijakan yang melanjutkan tren positif pengendalian inflasi pada Desember 2023.

Realisasi kebijakan terbaru, yakni menggunakan Belanja Tak Terduga (BTT) Rp1 miliar untuk aktivasi warung tekan inflasi dan subsidi ongkos transportasi distribusi pangan pokok. Kebijakan di awal Ramadan itu semakin menekan lonjakan harga sampai akhirnya menurunkan harga beras dan harga pangan lainnya.

Kepala Badan Pusat Statistik Kota Malang Umar Sjaifudin mengungkapkan harga beras Rp15.500 per kg atau Rp77.500 per 5 kg. Adapun rerata harga beras pada Februari di tingkat petani Rp8.000 per kg atau naik 10,66%. Sedangkan harga beras di penggilingan Rp14.000 per kg atau naik 11,39% ketimbang bulan sebelumnya (mtm). Tetapi, kenaikan harga beras di tingkat konsumen hanya sebesar 8%, itu artinya kenaikan harga tak sebesar di tingkat petani dan penggilingan.

"Hal itu berkat TPID berhasil mengendalikan inflasi juga adanya warung tekan inflasi," tuturnya.

Warga semringah

Alhasil, warga menerima manfaat dari kebijakan tepat sang penjabat wali kota. Warga pun antusias membeli bahan pangan murah begitu warung tekan inflasi buka di Pasar Blimbing.

Analis Perdagangan Muda Diskopindag Kota Malang Eka Wilantari mengatakan warung tekan inflasi di Pasar Blimbing menjual 8 ton beras, 900 kg gula dan 960 liter minyak goreng. Beras SPHP dijual Rp51.000 per kemasan 5 kg dari biasanya Rp54.500, minyak goreng Rp16.000 per liter dan gula Rp16.500 per kg. Warung serupa segera buka di Pasar Dinoyo dan Pasar Besar Malang.

"Saat warung tekan inflasi dibuka, dampaknya menurunkan harga beras," ujarnya.

Adapun pembelian dibatasi per orang hanya boleh membawa pulang beras 10 kg atau 2 kemasan isi masing-masing 5 kg, minyak goreng 2 liter dan gula 2 kg. Guna mencegah pembelian beberapa kali, petugas memberikan tanda tinta pada jari tangan pembeli seperti usai mencoblos Pemilu. Penerapan metode itu sesuai petunjuk Pj Wali Kota Wahyu Hidayat.

"Pembeli wajib mencelupkan jari tangan ke tinta sebagai tanda guna mengantisipasi pembelian dua kali selain mencegah penimbunan," imbuhnya.

Warga menyatakan terbantu dengan adanya warung tekan inflasi.

"Alhamdulillah membantu warga kecil. Soalnya, saya membutuhkan beras 1 kg per hari untuk makan 5 anggota keluarga. Kebutuhan beras sebulan 30 kg," ucap Ibu Purwati, warga Kelurahan Balearjosari, Kota Malang.

Di warung itu, ia menebus beras SPHP bulog Rp51.000 per kemasan 5 kg ketimbang beli beras kiloan Rp16.000 per kg.

"Saya bersyukur yang penting ada beras. Kalau makan cukup nasi, lauk seadanya, sambal penyet tempe," katanya.

Bagi warga, keberadaan warung tekan inflasi Kota Malang sangat tepat mengingat harga pangan sedang melonjak.

"Harapan kami, warung ini berlanjut. Kalau buat rakyat kecil kan susah, beli beras sekarang untuk makan sekarang," tandasnya.

Begitu juga Ibu Kamidah, warga Klojen, merasa semringah. Demikian juga Untung dan Rahmat, penjual tempe di Pasar Blimbing, bergembira bisa mendapatkan beras murah untuk keluarga.

Pedagang pun menerima kehadiran warung tekan inflasi kendati lokasinya berdampingan. Efendi dan Nita, pedagang di Pasar Dinoyo, mengatakan warung tekan inflasi berdampak menurunkan harga di pasar. Ia tidak menolak karena ini upaya pemerintah yang manfaatnya untuk masyarakat.

"Tidak apa-apa, ini kan dari pemerintah untuk masyarakat," tegasnya.

Begitu juga Ibu Wiyanto, pedagang di Pasar Blimbing menyatakan tidak keberatan dengan warung tekan inflasi kendati ia sedang merasakan sepi pembeli. Bagi Wiyanto, warung tekan inflasi itu bukanlah pesaing.

"Tidak apa-apa karena (warung tekan inflasi) buka tidak setiap hari," ujarnya.

Warung tekan inflasi terus bergulir menjual bahan pokok hingga Lebaran nanti.

Editor : Redaksi

LAINNYA