x
x

12 Panggung Wayang Jek Dong Siap Meriahkan Hut Sidoarjo

Rabu, 24 Jan 2024 08:12 WIB

Reporter : Rokimdakas

JATIMKINI.COM, Kali pertama wayang gaya Porongan atau Jawa Timuran yang populer disebut wayang Jek Dong diberi kesempatan unjuk diri pada acara pemerintahan daerah. Biasanya birokrat yang membidangi acara hiburan selalu menampilkan wayang Jawa Tengahan. Momen bersejarah itu untuk memeriahkan hari jadi Kabupaten Sidoarjo ke-165 pada Februari 2024.

Komunitas dalang Jek Dong menyambut gembira momen membahagiakan tersebut karena sudah menjadi rahasia umum bahwasanya wayang Jek Dong selalu dianak-tirikan oleh kalangan birokrat ketika menyiapkan even di lingkar pemerintahan, baik tingkat provinsi, kabupaten maupun kota. Wayang Jawa Tengahan lebih diperhatikan daripada wayang dari daerahnya sendiri.

Surat edaran Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor kepada kelurahan untuk menggelar wayang Jek Dong ( Foto : Pemkab Sidoarjo )
"Surat edaran Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor kepada kelurahan untuk menggelar wayang Jek Dong ( Foto : Pemkab Sidoarjo )"

Kabupaten Sidoarjo sebagai kota tua peninggalan Kerajaan Kahuripan mewarisi beragam kesenian tradisi, diantaranya wayang kulit gagrak Porongan, corak pewayangan yang memiliki stilisasi tersendiri dibanding dengan gaya dari daerah lainnya. Karena pencetusnya adalah Ki Suwoto yang berdomisili di Porong, Sidoarjo kemudian style penyajiannya disebut gagrak Porongan.

Dari Suwoto lah gaya Porongan dikembangkan oleh para muridnya, diantaranya Ki Sulaiman asal Pasuruan yang merajai panggung Gresik, Lamongan, Mojokerto dan menyabet beragam predikat lomba serta mendapat kesempatan pentas di istana kepresidenan. Selanjutnya Ki Sulaiman mewariskan ilmu Jek Dong ke para muridnya yang kini sukses meniti karir sebagai dalang wayang kulit.

Oleh Ki Djumiran, sastrawan Jawa dan guru karawitan SMKN 12, gagrak Porong kemudian diberi sebutan Jek Dong. “Nama Jek Dong berdasarkan bunyi awal gending dimana kecrek, kendang dan gong ditabuh bersamaan berbunyi, jek-dong,” tutur Djumiran dalam sebuah kesempatan sebelum wafat.

Lataran masih terdapat masyarakat pendukung, keberadaan wayang Jek Dong telah berkembang jauh. Prekuensi pementasan beberapa dalang di kawasan pedesaan dalam setahun berkisar antara lima puluh hingga lebih seratus kali. Jauh melampau wayang Jawa Tengahan yang kehilangan masyarakat pendukung, dalam setahun tidak sampai lima kali pementasan. Demikian dituturkan oleh Ki Puguh Prasetyo, dalang dari Gresik.

Adanya perkembangan wayang Jek Dong yang bersumber dari gagrak Porongan maka sudah sepantutnya Pemkab Sidoarjo memberi penghormatan pada kesenian yang memiliki catatan sejarah tersebut.

Pada perayaan hari jadi Sidoarjo akan menggelar 12 pementasan wayang Jek Dong. Bupati Ahmad Muhdlor mengedarkan himbauan pada jajaran kelurahan. Untuk penguatan budaya desa ketika mengadakan sedekah bumi atau ruwat desa supaya menggelar wayang Jek Dong.

Editor : Ali Topan

LAINNYA