x
x

Gerakan Perempuan Indonesia Melahirkan Hari Ibu

Jumat, 22 Des 2023 14:34 WIB

Reporter : Rokimdakas

JATIMKINI.COM, "Selamat Hari Ibu." Penghormatan terhadap kaum ibu membuncah setiap tanggal 22 Desember. Ucapan sederhana sarat makna itu kiranya mempunyai sejarah panjang jauh sebelum bangsa dan negara ini memiliki nama Indonesia. Lebih dari seratus tahun lampau, kesadaran kaum perempuan tumbuh berjuang  melawan kolonialisme VOC (Vereenigde Oostindsche Compagnie). Perusahaan raksasa asal Belanda yang menguasai perdagangan hasil bumi Asia Tenggara sejak abad tujuh belas.

Di zaman kesultanan tersebar di seantero Nusantara  kehidupan rakyat jauh dari kemakmuran, bertolak belakang dengan kondisi para penguasa yang kongkalikong dengan VOC.

Adanya ketimpangan sosial dan arogansi petinggi VOC memantik kesadaran  perempuan pemberani di beberapa daerah. Sejarah mencatat nama besar Tjuk Njak Dien di Aceh, Nyi Ageng Serang (Purwodadi, Jawa Tengah), Dewi Sartika (Jawa Barat), R.A Kartini (Rembang, Jawa Tengah), Andi Depu Maraddia Balanipa (Polewali Mandar, Sulawesi Barat), 

Ada nama Maria Walanda Maramis (Minahasa, Sulawesi Utara), Siti Manggopoh (Agam, Sumatera Barat), Oppu Daeng Risadju (Sulawesi Selatan), Martha Christina Tiahahu (Maluku), dan sederet pejuang  yang kemudian ditasbihkan sebagai Pahlawan Nasional.

Kobaran perjuangan  mereka timbul tenggelam, tidak sedikit yang padam dengan menyisakan bara api yang terus menjalar sepanjang masa. Patriotisme kaum pelajar tergugah pada tahun 1908, ditandai dengan pembetukan organisasi Budi Utomo. Diikuti pembetukan perkumpulan perempuan  seperti Aisiyah, Wanita Katolik, hingga Putri Merdeka.

Bara kesadaran tak kunjung padam. Selang dua puluh tahun kemudian api berkobar lagi. Kaum remaja berusia dua puluh tahunan yang mewakili daerahnya berangkat ke Batavia (sekarang: Jakarta) untuk mengikuti Kongres Pemuda pertama pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1928. Diantaranya perwakilan Jong Celebes, Jong Madura, Jong Java, Jong Sunda, Jong Kalimantan, Jong Maluku juga Jong Sumatera.

Begitu gembiranya mereka  bisa bertemu dengan sesama anak muda dari berbagai daerah apalagi dengan cita-cita yang sama. Tidak berselang lama kongres kedua digelar lagi pada 27-28 Oktober 1928 di kota yang sama. Ketika itulah nama Indonesia diikrarkan sebagai nama bangsa, negara dan bahasa. Momen tersebut di kemudian hari dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Dalam tempo sama kaum perempuan juga menggalang kekuatan dengan menggelar Kongres Perempuan Indonesia di Dalem Jayadipuran, Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928 untuk menyatukan seluruh perkumpulan menjadi Perikatan Perempuan Indonesia.

Agenda perjuangan yang disepakati antara lain, menuntut penambahan sekolah rendah untuk anak perempuan. Perbaikan aturan dalam hal taklik nikah, yaitu

perjanjian yang diucapkan oleh pihak suami setelah akad nikah yang dicantumkan di dalam akta nikah untuk bercerai atas  situasi dan kondisi tertentu. Juga menolak pernikahan dini. Mengajukan agar ada  perbaikan aturan tentang bantuan bagi janda dan anak yatim piatu.

Kongres Perempuan dilanjutkan untuk kali ketiga di Bandung pada tanggal 22 Desember 1938. Peristiwa itulah yang kemudian dijadikan tonggak kelahiran Hari Ibu. Dikuatkan dengan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 diparap Presiden Sukarno.

Peringatan Hari Ibu  merupakan momentum kebangkitan bangsa menuju gerbang kemerdekaan Indonesia. Betapa hebatnya peran perempuan.

Ibu

Memang segalanya

Kekuatannya setara semesta

Kasih sayangnya setara Tuhan

 

 

Editor : Ali Topan

Kopilot
LAINNYA