x
x

Angkat Citra Lombok dari Kulit dan Furnitur

Selasa, 26 Sep 2023 21:31 WIB

Reporter : Rochman Arif

JATIMKINI.COM, Pecinta musik jazz tanah air tidak asing dengan Richard Bona. Ia adalah pemain bass asal Amerika Serikat (AS) yang cukup populer. Tidak disangka-sangka jika Bona memesan strap bass (tali gitar bass) berbahan kulit dari Mataram, Nusa Tenggara Barat. Sang perajin adalah Rio Vanessa.

Produk buatannya juga dipakai penulis lagu sekaligus pemain bass jazz, Bintang Indrianto dan gitaris GIGI, Dewa Budjana. Komposer orkestra dan pemain bass Tio Adrian dan pembetot bass asal AS lainnya, Gary Barnes juga membeli karyanya.

“Produk saya tidak hanya strap. Ada dompet, tas kulit, tote bag, cover korek, gantungan kunci, name tag, dan produk lain,” kata Rio, saat dihubungi, Selasa (26/9/2023).

Ia mengaku bersyukur customer-nya puas. Malahan ada yang sudah repeat order. Richard Bona sudah beberapa kali memesan ulang dan tampil memakai produk buatannya. Begitu juga dengan asisten Richard Boa, memesan cover buku menu untuk kafenya di Florida.

Tote bag buatan Rio Vanessa sudah mulai dikenal publik.
"Tote bag buatan Rio Vanessa sudah mulai dikenal publik."

“Saya kirim desainnya untuk mendapat approval. Bila ok, tinggal saya kerjakan. Asisten Richard Bona memesan 30 biji untuk cover buku menu. Alhamdulillah ia suka produk saya. Malahan Bona sudah pesan 50 strap bass,” Rio menambahkan.

Nilai istimewa ada pada produk impor sebagai bahan dasar yang dipadu jahitan tangan. Saat dikunjungi di kediamannya, Jalan Sultan Salahuddin, Lingkungan Bendige, Mataram pada Senin, 18 September silam, dua pekerja sibuk menjahit produk kulit.

Kepada Jatimkini, ia menjelaskan jenis kulit adalah crazy horse atau full grain. Bahan ini merupakan kulit sapi lapisan paling luar. Perpaduan kulit dengan jahitan tangan ini menghasilkan produk american style. “Benar, semua mengatakan begitu,” tegasnya.

Bungsu dari lima bersaudara ini mengaku menjalankan bisnis atas dasar hobi. Pada tahun 2013 ia didorong temannya untuk menjual produk strap bass. Kebetulan ia adalah musisi lokal yang kerap main musik di beberapa kafe membawakan lagu blues.

Dua pekerja RV handcraft saat menyelesaikan pesanan di workshop Jalan Sultan Salahuddin, Mataram, NTB.
"Dua pekerja RV handcraft saat menyelesaikan pesanan di workshop Jalan Sultan Salahuddin, Mataram, NTB."

“Saya dapat ilmu dari orang Austria tahun 2000. Saat itu ia berlibur di sini, dan main band bareng. Kemudian mengajarkan usaha furnitur dan kulit. Baru memproduksi kulit tahun 2013. Sebetulnya tahun 2007 ia mendorong saya usaha furnitur, dan baru terlaksana beberapa tahun kemudian,” ujarnya.

Order awal desain furnitur buatannya adalah orang Bandung bernama Ainul. Menurut ayah Aisyah Nur Maulina (6), Ainul diketahui orang dekat Iwan Fals.

Sebetulnya beberapa produk sudah landing di berbagai negara. Tote bag dan laptop sleve selamat di AS. Bule Jerman memesan dompet, turis Austria dan Polandia memesan tas. Begitu juga dengan Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana memesan tas sepeda buatan Rio.

Rio Vanessa saat dijumpai di kediaman sekaligus workshop. (Foto: Rochman Arief)
"Rio Vanessa saat dijumpai di kediaman sekaligus workshop. (Foto: Rochman Arief)"

Rio mengaku upayanya mengembangkan usaha banyak kendala. “Pasar di Lombok itu terbatas. Bila harga mahal, sulit bersaing. Ditambah bahan pendukung harus beli online di kota besar. Kadang-kadang barang datang, tidak sesuai,” Rio mengisahkan.

UMKM sepertinya kerap dihadapkan dengan pemodalan dan pemasaran. Ia sengaja tidak mengajukan utang ke lembaga keuangan. Padahal ia berambisi memasukkan produknya ke mall atau pusat perbelanjaan. Namun suami dari Febriani bersyukur bisa menjalankan usaha hingga saat ini.

Kali ini Rio tengah membagi konsentrasi di dua usahanya. Pegawai yang ia rekrut sejak tahun 2019 diminta mengelola produk berbahan kulit. Tapi tetap dalam pengawasannya. Sedangkan ia membesarkan furnitur. “Kalau saya pegang keduanya, pasti sulit,” tegasnya.

Strap foto karya Rio Vanessa kerap dilirik fotografer dari berbagai daerah.
"Strap foto karya Rio Vanessa kerap dilirik fotografer dari berbagai daerah."

Kedua usaha ini ia jalankan di rumah kontrakan. Rumah itu kerap dijadikan ‘posko’ musisi, dokter, tukang pijat, pengusaha, dan profesi lain. Kepala Cabang Dharma Lautan Utama (DLU) Lombok, Eko Susanto juga kerap bertamu di kediamannya.

Malahan Eko Susanto memperkenalkan Direktur Utama DLU, Erwin Poedjono untuk mendukung karyanya. Setidaknya produk dengan kearifan lokal bisa bersaing di level nasional hingga internasional.

Produk furnitur buatannya sudah mulai berkembang. Karyanya dipakai RSUD NTB, villa di Senggigi dan di Sembalun, serta sebuah hotel di Mandalika. Ia berangan-angan kedua karyanya menjadi satu holding. “Semoga segera terwujud. Bismillah Lombok Bisa,” pungkasnya.

Editor : Rochman Arif

LAINNYA