x
x

Meraup Cuan Dari Ekspor

Senin, 07 Agu 2023 12:00 WIB

Reporter : Bagus Suryo

JATIMKINI, Evi Kurnia terlihat sibuk melayani pengunjung. Pemilik usaha fesyen yang berlokasi di Oma View Kota Malang itu memproduksi pakaian berbagai produk berkualitas ekspor. Yang membuat dagangannya laku karena melayani model kekinian dan hit.

Sore itu, ia mengikuti pameran di pelataran Balai Kota Malang saat gelaran Malang Fashion and Food Festival, Sabtu (22/7).

“Saya biasa melayani pelanggan dari Amerika, Pakistan, Jepang dan India. Memang baru ritel, tapi hasilnya cukup lumayan,” katanya.

Ia kerap mengirim pesanan sesuai permintaan. Konsumen Pakistan biasanya memesan tas dan totebag. Sedangkan konsumen India kebanyakan memesan kain. Ia melayani pembelian sekitar 30 item setiap bulannya.

“Biasanya mereka berbelanja sekitar Rp3 juta. Ongkos kirim Rp1,9 juta melalui paket Kantor Pos,” imbuhnya.

Saat ini, tren anak muda sedang gandrung topi trendi. Produk itu cukup laris di pasaran. Bahkan, konsumen luar negeri demen dengan gaya kekinian. “Best seller topi buckethead model dan desain terbaru harga Rp125 ribu, sedangkan yang ukuran lebih besar Rp135 ribu,” tegasnya.

Kepala Dinas Diskopindag Kota Malang Eko Sri Yuliadi mencoba batik cap di stan batik Soendari saat gelaran Malang Fashion and Food Festival, Sabtu (22/7).
"Kepala Dinas Diskopindag Kota Malang Eko Sri Yuliadi mencoba batik cap di stan batik Soendari saat gelaran Malang Fashion and Food Festival, Sabtu (22/7)."

Sejauh ini, Pemkot Malang mendorong pelaku UMKM cepat naik kelas. Kualitas produk ditingkatkan agar cepat menembus pasar ekspor. Pasalnya, pariwisata kian tumbuh apalagi produk-produk UMKM Kota Malang banyak diminati konsumen luar negeri.

"Kebijakan sekarang terus melakukan pendampingan  sampai seluruh UMKM terstandardisasi kualitas ekspor," tutur Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang Eko Sri Yuliadi.

Sejauh ini, sebanyak 36 UMKM telah mengekspor berbagai produk ke Singapura, Malaysia, Dubai dan Belanda. Hal itu menunjukkan produk UMKM diterima pasar ekspor yang peluangnya cukup besar.

"Produk kopi, fesyen, makanan ringan dan keripik sangat diminati konsumen luar negeri," ujarnya.

Eko menjelaskan produk UMKM yang terserap pasar luar negeri itu akan terus ditingkatkan. Bahkan, Pemkot Malang segera bekerja sama dengan Tiongkok terkait zona market di Indonesia mengembangkan produk keripik sebagai unggulan.

"Saya sudah melihat sendiri di Tiongkok, produk-produk mereka memang sudah bagus termasuk marketing, packaging dan tempat produksinya. Nanti, kita adopsi sehingga ada standardisasi UMKM," tandasnya.

Saat ini, terdata 80 ribu UMKM di Kota Malang. Sebanyak 21 ribu UMKM sudah terkurasi produknya sesuai standar. Adapun yang memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) sebanyak 7 ribu UMKM.

Sedangkan yang sudah mengantongi sertifikasi halal sebanyak 1.762 UMKM. Jumlah itu akan terus ditingkatkan karena sertifikasi halal bekerja sama dengan perguruan tinggi.

"Ada kuota, tahun ini kita optimalkan," imbuhnya.

Sejalan dengan proses standardisasi, Pemkot Malang menggencarkan pameran skala besar. Bahkan, pelaku UMKM didorong mengikuti even di dalam negeri maupun luar negeri. Pameran selain bermakna promosi juga meluaskan pasar.

Dalam konteks ini, pameran atau festival melibatkan semua pihak, yaitu organisasi perangkat daerah, perbankan, BUMN, perhotelan dan komunitas. Dalam gelaran Malang Fashion and Food Festival dan Kajoetangan Festival dipadati pengunjung, termasuk wisatawan mancanegara.

Animo masyarakat sangat tinggi. Mereka berbelanja kuliner dan fesyen. Jajanan tempo dulu laris bersandingan dengan kuliner khas Kota Malang.

"Peserta 50 UMKM. Animo pengunjung tinggi, masyarakat menyambut positif. Sekitar 5 ribu sampai 10 ribu orang memadati areal Balai Kota Malang," pungkasnya.

Editor : Redaksi

LAINNYA